KAMU ADALAH GARAM DAN TERANG DUNIA

Rabu, 23 Mei 2012

TEKNIK BERBICARA DI DEPAN UMUM

By. Pellis Latuheru.
Materi ini, disajikan dalam bentuk teknik-teknik yang praktis, dengan memberikan sedikit landasan teoritis yang selanjutnya dibarengi dengan pengalaman praktis, untuk selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam proses-proses pelatihan kader dalam lingkup Angkatan Muda GPM.
Keseluruhan materi ini merupakan paduan dari beberapa literatur pelatihan yang pernah saya ikuti diserta pengamatan dan pembekalan-pembekalan yang diperoleh dalam kehidupan berorganisasi.
Pada bagian kedua dari materi ini, coba diuraikan tentang teknik dasar secara khusus dalam dunia profesi, yang memungkinkan seseorang dapat membekali diri, bila ingin menekuni profesi sebagai seorang pemandu acara, apaun jenis acara yang diserahkan kepadanya untuk mengatur dan memandunya.
Berbicara kepada orang lain atau didepan kelompok orang, adalah sebuah proses komunikasi yang biasa dilakukan oleh siapapun. Dalam konteks berorganisasai proses komunikasi dirasakan sebagai salah satu faktor penentu keberhasilisan missi organisasi, yang dengan sendirinya seluruh sendi-sendi komunikasi baik secara internal maupun eksternal, mesti dikemas secara baik demi terwujudnya keberhasilan suatu proses komunikasi.
Komunikasi sebagai suatu proses, mencakup stidaknya 5 (lima) unsur yaitu :

Komunikator :
Pembicara yang menjual konsepsi dalam bentuk pesan (message) kepada khalayak.
Komunike:
Message, pesan berupa isi konsepsi yang dapat menarik simpati dan dukungan khalayak
M e d i a :
Sarana yang dipakai dalam proses komunikasi itu sendiri.
Komunikan :
Khalayak pendengar, audience, yang menjadi sasaran dari komunikator.
E f f e k :
Hasi, pengaruh, akibat yang terjadi bagi khalayak yang dapat diterima oleh komunikator sebagai umpan balik (fed back)

Karena komunikasi massa adalah terkait dengan bagaimana berbicara dihadapan banyak orang, maka ada baiknya kita pahami dulu, apa, siapa dan bagaimana orang banyak itu.

1. Massa.
Massa adalah kelompok kolektif (dari berbagai macam lapisan dan golongan) yang bersifat mendasar dan spontan.

Ciri-ciri massa adalah :

- Keanggotaannya terdiri dari berbagai macam tingkatan dari segala bentuk sosial dan terdiri dari orang-orang yang anonim.
- Diantara anggota-anggotanya hanya terjadi sedikit inetraksi dan pertukaran pengalaman.
- Massa mempunyai organisasi yang longgar dan tidak dapat bertindak secara teratur dan harmonis, karena pada massa memang tidak ada bentuk organisasi sosial serta aturan-aturan yang mengikat dengan pimpinan yang benar-benar dapat memegang komando.

2. Crowd.
Crowd atau kerumunan ialah kelompok manusia yang timbul secara spontan, tanpa organisasi yang disengaja, tanpa tradisi, juga tanpa corak tertentu. Ciri-cirinya adalah :
- Merupakan kelompok kepentingan karena ia timbul oleh dorongan minat, hasrat, sentimen atau kepentingan bersama.
- Diantara anggota-anggota crowd berkembang pengaruh dan sugesti timbal balik yang kadang-kadang amat kuat tetapi tidak kekal.
- Tidak rasional, tetapi sangat emosianal.
Ada 4 macam Crowd yaitu :
 -Casual Crowd yang terbentuk karena kebetulan
 -Conventionalised Crowd yang terjadi karena kebiasaan
 -Agressive Crowd yang melepaskan emosi belaka
-Expressive Crowd yang spontan, misalnya orang yang tiba - tiba menari karena
  mendengar musik yang menarik.

3. Publik.
Publik adalah sejumlah orang yang mempunyai satu minat yang sama terhadap suatu kegemaran atau persoalan tertentu.
Ciri-ciri publik antara lain adalah :
- Ditimbulkan oleh adanya masalah yang sama , akan tetapi belum tentu mempunyai
  pendapat yang sama atas masalah tersebut.
- Tidak dapat dibatasi oleh ruang tertentu.
- Walaupun mereka dihadapkan dengan masalah yang sama, akan terbagi dalam
  pendirian dan terlibat dalam diskusi.
- Dasar pembentukan adalah fakta, dan dibandingkan dengan Crowd sikap publik
  lebih didasarkan pada ratio.

Identifikasi beberapa jenis khalayak tadi, selanjutnya mengarahkan kita untuk mempercakapkan faktor penting berikutnya, yakni Komunikator.
Supaya proses komunikasi (Komunikasi massa) dapat berlangsung efektif dan mencapai sasaran, perlu kiranya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Persipaan yang mantap
Kata orang bijak ; Bila mana anda naik panggung tanpa persipanan, bersiap-siaplah untuk turun panggung tanpa kehormatan. Jadi sebelum anda tampil untuk berbicara didepan umum, ada baiknya anda harus melakukan persiapan semantap mungkin.

a. Anda harus yakin bahwa anda berada dalam keadaan yang sehat. Sebab bila kesehatan terganggu, anda akan nampak lesu, tidak bersemangat, tidak punya daya tarik dan sudah tentu andaakan gagal dalam menarik dan membangkitkan kegairahan khalayak.

b. Kuasai dengan telak materi yang akan disampaikan. Jangan hanya baru membaca sebuah selebaran, atau sekali mendengar ceramah gemblengan, lantas menganggap diri telah menguasai permasalahan.
Bila pengetahuan kita hanya pas-pasan, kita akan berkecil hati yang memudahkan datangnya grogi. Bila kita punya cukup banyak persediaan, kita tidak akan gentar menghadapi keadaan paceklik sekalipun.

c. Yakin akan kebenaran pesan yang disampaikan. Berbicara dalam komunikasi massa idealnya adalah sambung rasa. Apa dan bagimana persaan anda itulah yang bergetar dalam seluruh ucapan dan gerak waktu anda bicara, dan diusahakan agar juga menggetarkan perasaan pendengar. Kita harus yakin terhadap apa yang kita miliki, bilamana tidak maka kita telah berbicara dengan menindas suara hati nurani kita sendiri, sehingga pembicaraan tidak keluar dari hati yang tergetar dan yang dapat menggetarkan pendengar.

d. Penampilan harus mantap dan wajar.

Harus juga dijaga agar penampilan anda menarik. Cara berpakaian, cara merias diri (terutama wanita) harus mantap dan wajar. Usahakan agar anda tidak terlihat ganjil oleh hadirin. Hiasan yang terlalu berlebihan akan terlalu banyak menyerap perhatian dan akan mengurangi perhatian kepada isi pembicaraan.
Bahkan kalau terlampau berlebihan dapat terjadi anda dianggap pemaian dagelan yang dapat membuat pendengar tertawa terpingkal-pingkal tetapi setelah itu habis, karena isi pembicaraan tidak menjadi perhatian pendengar.


2. Usaha menarik perhatian
Awal penampilan mempunyai arti penting untuk saat-saat berbicara selanjutnya. Dapat dikatakan bahwa permulaan yang baik berarti sudah 50 % baik. Oleh karena itu usahakanlah membuat permulaan yang baik dengan cara :

a. Naik ke panggung sebagaimana adanya.
Sering kali dengan perhitungan akan membuat surprise, malahan seorang pembicara membuat kesalahan fatal.
Adakalanya pembicaraorang bodoh, dengan perhitungan nanti di atas pnggung baru ia membuat surpries. Ingatlah, bahwa kesan pada penglihtan pertama akan membekas. Belum tentu anda dapat menghilangkan kesan negatif tersebut dalam waktu yang singkat. Kalaupun dapat, mungkin sudah terlambat sebab waktu yang tersedia bagi anda yang memang terbatas, sehingga sebenarnya and telah membuang waktu dengan cuma-cuma.
Naiklah ke panggung dengan gaya biasa, tidak perlu tergesa-gesa, jangan membungkuk, tersewot-sewot yang bisa menimbulkan kesan munafik.
Jangan pula dengan gaya yng dibut-buat dan dipaksa-paksa seperti “tanam bodi” pasang aksi yang nampaknya seperti balon gas yang hendak melambung. Hal ini penting karena bila gebrekan pertama tidak sehebat gaya yang telah anda tampilkan, lunturlah kepercayaan hadirin dan anda mendapat kegagalan hingga keakhir.


b. Tidak perlu merendah-rendakan diri.
 Adalah suatu permulaan yang salah, bila anda memulai berbicara dengan :
Saudara-saudara………saya minta maaf sebesar-besarnya…….maklumlah umur saya baru setahun jagung……..tidak ada gading yang tidak retak….dll.
Ucapan ucapan tersebut sekaligus akan menghapus kredibilitas saudara di hadpan pendengar / hadirin. Walupun mungkin nantinya anda berbicara berbobot, tetapi audience telah terlanjur menaruh prasangka, bahwa pembicaraan anda tidak berisi, kemungkinan banyak salahnya, karena anda kurang berpengalaman, kurang punya persiapan dan tidak punya pengetahuan terhadap pokok persoalan sebagaimana anda sendiri telah proklamasikan. Pendengar menjdi lebih kritis, sehingga setiap kesalahan kecil sekalipun akan diperhatikan sebagai kelemahan anda karena anda sendirilah yang memancing mereka untuk berpikir demikian.

c. Pemanfaatan kalimat pertama.
Kalimat-kalimat pertama, melulu ditujukan untuk menarik perhatian hadirin kepada anda. Gambarkan adanya hubungan-hubungan pribadi dengan pendengar, atau tempatkan diri anda dengan suasan pendengar. Bayangkan bahwa anda adalah bahagian dari khalayak yang hadir. Hindari pemakaian kata “saya” tetapi pakailah kata “kami” atau “kita”. Jangan menganggap bahwa anda adalah guru dan audience adalah murid, sehingga anda bergaya dengan mengatakan ; Saudara saudara disebelah belakang supaya diam…….Supaya saudara-saudara semuanya tenang dan dengarkanlah saya baik-baik. Baiklah memancing perhatian dengan ucapan seperti… Apakah saya dapat terlihat oleh saudara-saudara yang di belakang sana …? atau apakah suara saya dapat didengar oleh saudara-saudara yang paling belakang…..? ini kiat membangun jembatan dialog dengan para pendengar/hadirin dan mereka tidak merasa ditegur.
Bila jawabannya….ya……tunjukkanlah rasa gembira anda walaupun anda mengetahui bahwa jawaban tersebut adalah jawaban asal jawab saya. Singkatnya bila massa sudah menjawab, berarti mereka sudah mau mendengarkan dan bisa diajak mengadakan dialog/komunikasi selanjutnya.

3. Pembicaraan selanjutnya
Segera setelah merasa bahwa khalayak sudah mulai mendengarkan, anda sudah dapat menghidangkan materi pembicaraan / pidato. Syarat-syarat pendahuluan sudah dapat dipenuhi yaitu : Anda dalam keadaan sehat, sudah menguasai materi pesan, mempunyai keyakinan terhadap kebenaran isi pesan serta sudah mengetahui sasaran dan maksud pesan.
Dalam pembicaraan selanjutnya, hal-hal berikut mesti diperhatikan.
a. Khalayak yang dihadapi tidak terlalu kritis seperti yang saudara bayangkan, bahkan adakalanya tidak kritis sama sekali. Dengan demikian, bilamana ada kata-kata yang terlanjur salah diucapkan jangan anda memikirkannya berlarut-larut, sehingga anda lupa apa yang akan dikatakan selanjutnya. Jangan-jangan lalu anda mengucapkan….maaf tadi saya salah, apabila diucapkan dalam nada kebingungan. Teruskan saja bicara, karena kesalahan kecil dalam ucapan terdahulu akan tenggelam dalam kesuksesan yang anda bangun kemudian. Kalau anda mampu merobah “salah ucap” menjadi pokok pembicaraan yang menarik.
b. Jangan terbawa emosi.
Massa yang dihdpi terkdang emosional, tetapi nda sendiri harus tetap dapat menguasai diri karena andalah yang secara rasional mengendalikan emosi massa/audience.
Dengan tetap memegang kesadaran, anda hrus dapat mengendalikan diri dan emosi khalayak menuju puncak pesan yang akan disampaikan.
Bilamana dirasa perlu membentuk suasana baru, misalnya dari keadaan ribut ke tenang atau dari suasana “mati” ke suasana bergelora, dapat dipancing dengan cerita sampingan atau dialog dengan khalayak. Boleh juga dengan menyanyikan bersama sebuah lagu atau pilihan lainnya.

c. Gerak tangan mengikuti pembicaraan.
Bahasa memang unsur pokok dalam berkomunikasi/berpidato. Tetapi adakalanya hal-hal seperti perasaan, semangat, tidak cukup terlukiskan dalam lembaga-lembaga bahasa terucap. Ada baiknya dibantu dengan bahasa isyarat atau bahasa gerak. Disamping mimik, air muka, gerak tangan mempunyai peranan penting.
Yang harus diingat bahwa hadirin bukan saja ingin mendengarkan suara anda tetapi juga juga ingin menonton anda. Karenanya janganlah anda berdiri di podium dari mula hingga akhir hanya sebagai sosok yang mati dan membosankan, tetapi baiknya kata-kata anda sesekali didukung dengan gerakan. Cukup dengan gerakan tangan, jangan ditambah dengan gerakan badan yang berjingkrak-jingkrak atau gerakan kaki yang menari-nari Kalau keterluan, anda tidak lagi didengar, akan tetapi hanya akan menjadi tontonan. Anda tidak lagi menjadi pembicara, tetapi hanya menjadi “selingan”.
Harus dijaga, gerak adalah untuk mendukung, memperkuat ucapan. Jangan misalnya ucapan maju ……….diikuti dengan gerakan tangan ke kiri atau ke kanan, atau gerakan tangan yang dijatuhkan, karena itu melambangkan keadaan tidak bersemangat dan ambruk. Lidah dan tangan harus dikendalikan oleh otak, jangan terjadi lidah berucap maju, tetapi tangan berbuat mundur. Ini menandakan bahwa otak saudara sudah tidak berfungsi untuk mengkoordinir tangan dan lidah. Pada umumnya gerakan tangan ke depan dan ke atas melukiskan gerakan maju, sedangkan ke samping dan ke bawah melambangkan gerakan mundur atau tersingkir. Gerakan tangan lurus dan cepat menunjukkan kekuatan sedang gerakan tangan lambat bergelombang menunjukkan kehalusan dan ketenangan.


d. Pengucapan yang jelas.
Bahasa, dalam hal ini permainan kata adalah media utama dalam komunikasi tatap muka. Karena itu susunan kalimat yang baik harus benar-benar diperhatikan. Jangan sampai menimbulkan kerancuan. Usahakan membentuk kalimat-kalimat pendek. Jangan kalimat dibiarkan beranak-bercucu-bercicit. Akibatnya induk kalimat menjadi buyar. Ingatlah bahwa bahasa ucapan tidak bisa diulang lagi oleh audience yang mungkin kurang dapat menangkap dalam sekali ucap. Lain halnya dengan bahasa tertulis. Kadang-kadang diselingi dengan kalimat-kalimat tanya guna menghidupkan dialog dengan hadirin. Setiap suku kata supaya diucapkan dengan jelas. Anda berbicara memakai alat pengeras suara. Ini sangat sensitif. Getaran suara kuat, akan diperkuat lagi. Jika anda menelan getaran suara, bunyinya melalui pengeras suara akan sangat kecil. Perbedaannya sangat menyolok. Ucapan semua suku kata secara jelas.
Kata-kata yag kuat jangan diberikan awalan sisipan maupun akhiran. Suara kita kurang jelas karena ucapan dengan menarik nafas, bukannya dengan mengeluarkan nafas. Tetapi bilamana memang suara kita serak, dapat dibantu dengan menelan sedikit garam dapur. Caranya terserah pada anda sendiri, asal jangan sampai mengganggu konsentrasi pendengar.


4. Pembicaraan selanjutnya
Strategi dalam setiap pembicaraan adalah agar pendengar dapat mengikuti secara teratur, memahami isi pesan, meyakini kebenaran pesan dan siap melaksanakan anjuran kita. Untuk itu perlu disusun rencana pembicaraan dalam fase-fase yang menurut beberapa ahli retorika dalam AIDDA sebagai berikut :
 Fase Attention : memberitahukan terlebih dahulu apa yang akan disampaikan, untuk menarik perhatian
 Fase Interest : menyebutkan manfaat yang dapat diperoleh audience apabila audience mau menerima anjuran komunikator.

 Fase Desire : mengadakan daya tarik terhadap perasaan audience sesuai keinginan audience.

 Fase Decision : memberikan kemungkinan kebebasan memilih namun disertai anjuran alternatif (jalan keluar) sebagai keputusan audience.

 Fase Action : Menganjurkan agar audience bertindak sesuai alternatif yang telah ditunjukkan.

  Kini terserah kepada komunikator untuk secara teknis menggarap fase-fase ini sesuai situasi dan kondisi di lapangan.
  Beberapa petunjuk praktis untuk ini dapat kami sebutkan :
a. Mula pembicaraan adalah untuk mengolah hadirin menjadi satu kesatuan semangat yang terkonsentrasi kepada diri anda. Usaha ini bisa memakan waktu panjang. Ini tergantung dari suasana sebelum giliran anda naik panggung dan kemampuan anda sendiri. Bilamana terlihat hadirin belum bersatu padu dan terkendali sebaiknya adakan sedikit pembicaraan dialogis atau diajak menyanyi untuk meluluhkan mereka dalam satu paduan kontak. Tetapi bilamana massa masih belum terkendalikan, jangan anda bertindak kehabisan akal dengan nada memaksa. Tetapi mulai sajalah dengan memberikan pidato dengan harapan, mereka akan mulai bersedia mendengar. Harapan terakhir terletak pada presser group bilamana memang diadakan.
b. Biasa hadirin telah mengetahui maksud pertemuan/ kampanye yang diselenggarakan. Oleh karena itu presentasi masalah tidak perlu berlarut-larut. Cukup dua atau tiga kalimat saja. Jangan sampai perhatian awal yang telah berhasil dikonsentrasikan pecah lagi, sebelum hadirin dibawa untuk mengikuti permasalahan.
c. Ingatlah bahwa massa biasanya malas berpikir, mereka lebih senang menerima bahan yang sudah dimasak dari pada bahan mentah. Oleh karena itu permasalahan jangan dikemukakan secara sulit dan berbelit-belit. Kemukakan secara ringan dan faktual. Masalah berarti ada pro dan ada kontra. Kedua pendapat (Pro dan Kontra) harus dikemukakan. Jangan hanya dikemukakan pendapat yang pro kita saja, karena dengan demikian tidak ada bahan banding. Sudah tentu pembicaraan yang pandai tidak akan mengemukakan pendapat yang kontrak secara kuat dan menyakinkan, tetapi harus sebaliknya pendapat/argumen yang pro yang dikemukakan secara utuh dan kuat. Dengan demikian, pendengar akan langsung melihat manfaat dari pesan yang kita inginkan.
d. Buatlah kesimpulan atas dua pandangan yang telah dikemukakan. Kesimpulan yang diambil harus tegas, tidak boleh menimbulkan keragu-raguan yang bisa melahirkan alternatif baru. Usahakan agar kesimpulan tersebut diucapkan /disuarakan sendiri oleh hadirin. Antarlah hadirin secara dialogis untuk itu. Bilamana kesimpulan yang dibuat oleh hadirin belum mampu mencapai yang diinginkan. Anda harus membuat variasi baru, membangun dialog baru untuk memperoleh kesimpulan optimal yang diinginkan. Sudah tentu anda harus dapat menciptakan daya tarik yang intimewa.
e. Segera setelah terwujud kesimpulan, anda harus lanjutkan dengan saran tindak jangan terlampau ada jarak waktu. Karena bisa terjadi hadirin kehilangan arah. Supaya diperhatikan agar kesimpulan yang diambil adalah pada klimaks pembicaraan. Perumusan anjuran dan saran tidak merupakan anti klimaks. Karena apa harus dikerjakan audience itu harus disampaikan dan diterima dalam kondisi yang lebih tenang dan harus diingat dengan baik.
f. Kalau saran telah disampaikan dengan baik, akhiri saja pembicaraan misalnya dengan slogan-slogan yang sudah ditentukan. Jangan diteruskan lagi pembicaraan sebab bisa terjadi saran terlupakan atau malahan menjadi mentah lagi. Dan anti klimaks menjadi sedemikian lemah sehingga pembicaraan anda menjadi mati pada akhirnya. Anda tidak mencapai kondisi akhir yang menyenangkan.
g. Humor dapat anda sisipkan disela-sela pembicaraan sebagai bumbu yang menyenangkan. Tetapi bila memang anda tidak bisa berhumor jangan dipaksakan. Jangan sampai anda menjadi bahan tertawaan karena humor yang gagal. Kalau bisa materi humor mendukung pembicaraan.


5. Gaya Berbicara (Oral Style)

Pembicara-pembicara pemula sering suka meniru-niru gaya orator terkenal. Sayang sekali, karena tiruan adalah tiruan betapapun bagusnya. Pembicara demikian adalah pembicara imitasi. Kesulitan ada juga yaitu sementara berbicara, ia sibuk mengingat-ingat pengaturan gayanya sehingga menjadi lupa akan apa yang akan diucapkan. Kalau terlupakan gaya bahasa idolanya, maka akan keluar gaya asli yang tidak seragam dan semuanya menjadi kacau. Tidak perlu meniru-niru gaya orang lain. Biar orang terkenal sekalipun. Karena sesungguhnya tiap orang dikaruniai gaya khas yang mempunyai segi-segi menari. Yang perlu adalah mengembangkan segi-segi menarik tersebut dan mengarungi segi-segi yang kurang menarik dan melatih beberapa variasi.
Berikut ini ada beberapa gaya berpidato yang dalam praktek sering banyak dipakai dalam kombinasi.
1) Gaya Lancar
Pembicara-pembicara lancar umumnya dilahirkan (pembawaan) mereka memiliki kelancaran berbicara yang tidak dibuat-buat. Pada setiap saat dapat berbicara tentang apa saja secara lancar. Kelancaran berbicara telah banyak melahirkan pemimpin dan orator dengan syarat jika ia dapat menggunakan otak dibalik lidahnya. Dalam arti disamping memiliki kemampuan berbicara lancar ia dapat juga memberikan isi kepada pidatonya.
2) Gaya Putus-putus
Gaya ini banyak kita jumpai dan selalu menunjukkan bahwa pembicara bersifat Nervous. Dalam berbicara selalu terputus-putus, mendehem-dehem, minum sebentar dan dengan sulit ia meneruskan lagi pembicaraan. Cara ini sangat merugikan, namun dapat diperbaiki dengan jalan membaca terus menerus dengan suara nyaring pada kalimat-kalimat pendek dengan tekanan kata-kata.
3) Gaya kuat.
Gaya kuat yang ditandai dengan bicara besr dan congkak adalah sangat efektif. Umumnya pidato yang congkak atau bercakap cakap yang besar dilihat orang sebagai sifat kelaki-lakian, suatu sifat yang biasa dimiliki oleh seseorang pemimpin. Walaupun demikian agar dapat dicapai hail sesuai harapan, seyogianya keinginan untuk berbicara congkak ini dapat dijinakkan. Adalah lebih baik “kepunyaan kita” dari pada “kepunyaan saya”.
4) Gaya banyak.
Gaya ini sering pula disebut gya datar, tanpa tekanan dan variasi dalam suara. Ini adalah indikasi dari pembicara ang bertemperamen dingin. Namun demikian kadang-kadang diperlukan, misalnya dalam sidang para direktur : tetapi tidak efektif kalau dalam suatu rapat umum.
5) Gaya berat.
Gaya ini mendapat sindiran ensiklopedia. Kalimat yng diucapkan biasanya panjang-panjang. Sedikit sekali terdapat ilustrasi. Kerap kali bernilai tinggi, dapat memberikan kesan mendalam kepada audience. Dulunya gaya ini dinamakan Styl Tinggi, tetapi dewasa ini gaya tersebut kurang punya pengaruh, kecuali bagi orang orang lanjut usia.
6) Gaya berargumen.
Gaya ini biasa digunakan oleh para ahli hukum, politisi dan para pemimpin pekerja. Ia bersifat logis, kuat dan agresif. Dengan gaya ini pembicara mencoba menguasai massa dan membujuk ataupun memaksa mereka. Menggunakan gaya argumen berarti mengemukakan banyak alasan yang akurat dan sulit disngkali orang.
7) Gaya staccato.
Biasanya digunakan oleh pembicara yang bergaya pemalu. Sifatnya tertahan tahan, tidak logis dan sering kali tidak enak didengar. Orang semacam ini harus berusaha menghilangkan kebiasaan buruknya (gaya pemalu) antara lain dengan banyak membaca dengan suara keras serta banyak berbicara di depan orang lain.
8) Gaya gereja
Gaya ini adalah datar, monoton, biasanya dipakai oleh pendeta, pemuka agama sewaktu berkhotbah, tetapi terdengar agar luar biasa jika dipakai pada kesempatan lain. Gaya ini berasal dari kebiasaan dalam mengucapkan doa, atau dalam upacara keagamaan. Ini merupakan bentuk pidato yang bersifat serimonial.
9) Gaya statistik.
Pembicara dengan gaya ini biasanya berbicara dingin dan tidak menarik, hanya mengemukakan kenyataan-kenyataan saja dan selalu mengeluarkan catatan-catatan/guntingan koran yang berisi statistik. Sudah tentu angka-angka ini tidak menarik dalam suatu rapat umum, lain halnya kalau dalam suatu rapat/sidang para direktur bank.
10) Gaya Sentimentil.
Gaya ini berusaha memanfaatkan perasn audience. Karena perasaan selalu menguasai semua logika dan statistikpun tidak dapat mengatasinya. Dalam tiap pidato yang baik, hampir selalu terdapat bagian yang berisikan perasaan atau sentimen.Di hadapan khalayak yang kritis, pidato yang efektif ialah pidato yang penuh perasaan.
11) Gaya agiator.
Ini adalah gaya pemimpin massa. Gaya ini terasa sangat efektif dan adakalanya diketemukan secara eksplosif, adakalanya juga secara diteriakkan. Ini adalah gaya yang paling disukai dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat politik.
12) Gaya meja pesta.
Gaya ini bersifat seni lucu dan orisinil. Tidak boleh bersifat kaku, apalagi memakai data-data statistik atau yang bersifat berat. Tidak boleh merupakan pidato yang emosional, tetapi harus merangsang suasana agar menggembirakan orang dan tidak membuat orang memeras otak untuk memikirkan masalah ang dikemukakan. Walaupun bersifat ringan namun dapat dibuat efektif dan jika perlu memberikan pendidikan.
13) Gaya konyersi
Ini adalah gaya yang baik yang biasa dipakai sebagai gaya dasar, ditambah dengan gaya lain sesuai keperluan. Di sini pembicara berbicara sederhana dengan menggunakan kata-kata dan kalimat-kalimat pendek.



6. Siasat-Siasat dalam propaganda.

Untuk mencapai tujuan membujuk, mengajak dan mempengaruhi audience, kita perlu mempergunakan siasat tertentu dalam berpidato. Pada umumnya para ahli propaganda mengenal 7 ( tujuh) macam siasat :
 Name Calling Device
Cara propaganda dengan jalan memburuk-burukkan nama dan reputasi lawan untuk membangiktkan kebencian massa kepada lawan

 Clitering generalisties Device
Pelontaran konsep komunikator yang muluk-muluk, mengandung hal-hal yang baik dan menarik. Misalnya…. Demi kedilan….demi perdamaian, demi kesejahteraan …demi masa depan yang cemerlang, ataupun dengan memakai kata-kata yang mengandung ajaran kesosialan maupun ajaran agama.

 Transver Device
Cara ini dilakukan dengan jalan mentranfer lambang-lambang komunikasi yang baik dan agung kepada cita-cita yang dikehendaki oleh pembicara dengan tujuan agar cita-cita itu bisa diterima khalayak, misalnya mengemukakan kemurnian agama untuk tujuan pembangunan gedung-gedung ibadah.

 Testimonial Device
Siasat ini dilakukan dengan cara mengunakan kata-kata dari orang-orang ternama guna menambah keyakinan pendengar terhadap konsepsi ataupun pikiran yang dikemukan oleh pembicara.

 Plane Folkes Device
Pembicara dalam keadaan ini menempatkan diri ditengah-tengah khalayak (sebagai bagian dari khalayak/audience) sehingga apa yang disampaikan langsung diterima, karena dianggap sebagai bagian dari buah pikiran sendiri. Pembicara biasanya memakai kata-kata…….saya adalah bagian dari saudara-saudara……kita adalah sama-sama pejuang orde baru. Contoh lain mislnya kita melihat bagaimana pembicara ikut kerja bakti denga khalayk secara bersama…..ataupun mengikuti upacara dengan mengenakan pakaian adat masyarakat yang didatangi…..ikut makan sirih pinang dalam upacara pemberian gelar kepala suku……dan contoh lainnya.

 Card Stocking Device
Siasat ini adalah dengan cara memutar-balikan kenyataan, memaniskan yang pahit dan mempahitkan yang manis dengan tujuan untuk menjatuhkan lawan. Untuk terlaksananya siasat ini dengan baik, biasanya fakta tidak diperlihatkan, ratio sedapat mungkin dihindari dan sebaiknya emosi dibangkitkan. Usaha ini harus dilakukan secara terus menerus sehingga akhirnya massa akan menerimanya sebagai suatu kebenaran.

 Band Wagong Device
Teknik ini berusaha memberikan kesan “sudah menang” dengan cara pamer kekuatan, memakai kenderaan dengan bunyi-bunyian berkeliling kota, menghamburkan selebaran dengan segala kemeriahan.

Ini adalah siasat untuk memenangkan suatu tujuan komunikasi / kampanye / propaganda apapun modelnya. Akan tetapi cara mana yang hendak dipakai, berpulang pada komunikator, sesuai tujuan yang hendak dicapainya.
AMGPM sudah pasti tidak akan menggunakan cara-cara kotor yang tidak bermoral dalam proses-proses komunikasi yang dilakukan, karena “Terang dunia”


PANDUAN PRAKTIS BAGI PEMANDU ACARA.


Yang mau kita cakapkan disaat ini adalah bagaimana kita mampu menjadi seorang Protokoler dan sebagai seoerang pemandu acara, atau seseorang yang mampu membekali seseorang yang kelak ditugaskan sebagai pemandu acara. (Master Of Ceremony)

Pengertian dan Kualifikasinya
Di dalam suatu tata upacara, biasanya setiap mata acara berikut urutan dan pelakunya sudah disusun dengan baik dan rapi, oleh seseorang atau sekelompok orang. Kendatipun demikian, ini belum merupakan suatu jaminan, bahwa upacara atau acara tersebut akan berjalan lancar. Karena masih ada satu unsur lagi ( malahan boleh dikatakan unsur yang paling penting), yaitu adanya seorang petugas yang diserahi kewajiban sebagai orang yang menyajikan runtunan acara satu persatu, serta menjaga agar susunan acara, penyajian serta kesinambungan dari satu mata acara ke mata acara berikutnya berjalan lancar. Petugas yang melakukan pekerjaan khusus ini biasanya dikenal dengan sebutan Master Of Ceremony,(MC) atau dalam istilah bahasa Indonesi disebut Pemandu Acara.
Kenyataan membuktikan bahwa di dalam masyarakat kita dewasa ini sering dijumpai/digelarkan berbagai jenis acara, maka ketrampilan seorang Master of Ceremony dalam memandu jenis-jenis upacara/acara tersebut, akhirnya menjadi salah satu kajian yang cukup menarik.
Kita lalu bertanya, apakah setiap orang dapat melakukan tugas MC atau Pemandu Acara ? Sepintas lalu, nampaknya pekerjaan ini sungguh ringan. Karena bukankah MC itu hanya menyajikan susunan acara itu saja ? Kelihatannya memang demikian. namun masalahnya tidak sesederhana itu.
Seorang MC tentu saja adalah seorang komunikator, karena pekerjaannya tidak lepas dari mengkomunikasikan suatu gagasan atau pesan, yang ditujukan kepada orang lain. Dalam hal ini penerima pesan (Komunikan) yang adalah khalayak, audience, atau hadirin, yang kadang-kadang sama latar belakang pendidikan, budaya, tingkatan usia, tidak jarang juga dijumpai bahwa audience atau khalayak tersebut sangat heterogen atau beragam latar belakang pendidikan, budaya, selera, jenis dsb.
Untuk itu maka ucapan-ucapan yang dikeluarkan oleh seorang MC haruslah dapat dimengerti oleh semua lapisan masyarakat.
Jadi seorang MC yang yang ingin tampil secara terampil dan menarik, mesti memiliki beberapa kualifikasi dasar, a.l :

1. Kualifikasi formal : Menyangkut pendidikan dan latar belakang budaya
2. Kualifikasi fisik : Menyangkut penampilan dan kesempurnaan organ bicara
3. Kualifikasi teknis : Komunikatif dan mampu menggunakan momentum
4. Kualifikasi mental : Menyangkut sikap mental yang terpuji.

1. Kualifikasi Formal :
Seorang MC yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi tentu akan dapat melakukan tugas secara lebih baik dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah. Ini disebabkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, akan semakin luas pula wawasannya, daya nalar, serta kemampuannya dalam mengeja-wantahkan setiap gagasan untuk disampaikannya kepada audience.
2. Kualifikasi Fisik :
Begitu seorang MC pertama muncul ketengah public, maka yang paling dahulu tampak, adalah penampilannya (appearance). Tampang yang cantik atau ganteng saja belum merupakan jaminan, namun ini sudah merupakan satu modal yang baik. Kendatipun demikian, janganlah berlebihan. Untuk itu dukungan cita-rasa dalam berbusana dan memilih kecocokan warna busana juga turut membantu penampilan seorang MC.
Selain itu, kesempurnaan organ –bicara merupakan salah satu faktor dominan. Jika anda memiliki cacat-vocal, seperti suara yang parau (serak), gagap dsb. Sebaiknya jangan melakukan tugas MC.
3. Kualifikasi Teknis :
Dalam ilmu komunikasi disebutkan bahwa suatu proses komunikasi itu baru akan berhasil, apabila pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh si komunikan dan berlanjut dengan tanggapan atau reaksi sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh penyampai pesan atau komunikator. Jadi dengan lain perkataan, seorang MC itu hendaknya berusaha untuk menjadi seorang komunikator yang baik. Untuk itu dia harus terampil dan mampu menciptakan suatu suasana yang tetap baik dan menyenangkan bagi publiknya. Seandainya timbul permasalahan yang dapat mengganggu kelancaran acara, maka seorang MC yang professional akan selalu mampu berusaha mengatasinya. Bukan sebaliknya dia ikut-ikutan kalang kabut, sehingga malah justru tambah memporak-porandakan suasana.
4. Kualifikasi Mental :
Seorang MC harus memiliki sikap mental ( mental attitude) yang baik dan terpuji. Untuk itu maka dia haruslah seorang yang :
a. dapat dipercaya ( reliable person )
b. respect terhadap audience
c. correct
d. dapat menyeuaikan diri
e. tanggap
f. adaptive
g. rendah hati dan lemah lembut ( low profile and gentle )
h. waspada akan kemungkinan yang paling buruk ( alert )
  Untuk itu prinsip check and recheck harus tetap diperhatikan

Selain empat kualifikasi yang dikemukakan di atas, ada lagi beberapa faktor yang juga harus dimiliki oleh seorang MC seperti :
a. memahami betul isi pesan yang disampaikan.
b. menguasai bahasa yang digunakan, dengan pengertian bahwa bahasanya
  harus mudah dimengerti oleh audience.
c.memiliki kepribadian yang menarik ( pleasant personality ) yang dapat diwujudkan dalam bentuk :

 a.1. suara / vocal yang baik
 a.2. lancar berbicara
 a.3. tidak memiliki aksen daerah
 a.4. tidak memiliki cacat-vocal
 a.5. memiliki kondisi phisik yang prima ( sehat )

Kedudukan dalam suatu acara/upacara
Dewasa ini masih sering kita dengar ke campur-adukan pengertian antara MC dengan Protokol. Sering kita dengar pertanyaan : “Siapa protokolnya sih?”. Yang dimaksud disini, adalah si Pemandu Acara atau MC. Jadi dengan demikian, penempatan kata Protokol disini, jelas salah.
Seperti kita ketahui, istilah protocol yang berasal dari bahasa Inggris ‘protocol’ yang artinya code of behaviour, yang mengandung makna umum, tata cara atau pengaturan mengenai gerak-gerik orang perorang dalam suatu kelompok tertentu. Pengertian ini kemudian berkembang menjadi bagian dari suatu kelompok kerja atau kegiatan, yang mengatur tugas dan ruang gerak seseorang dalam rangkaian kegiatan itu secara keseluruhan.
Dengan demikian, maka dengan sendirinya MC bukanlah protocol namun MC adalah bagian dari tugas2 ke protokolan. Setelah kita memiliki pengertian yang jelas antara MC dan Protokol, maka akan mudah bagi kita untuk menempatkan kedudukan MC dalam suatu acara ( social function ).
Jika demikian , maka dalam suatu social function atau social gathering, kita temui 3 unsur, yaitu :
1. PihakPenyelenggara (Perorangan, Instansi dsb)
2. Khalayak audience
3. Orang yang memandu jalannya pertemuan atau /social gathering tsb (MC).
Khusus untuk MC, dalam tata kehidupan modern, seorang MC juga harus mampu menyanyi, melawak, atau bermain sulap, semua ini merupakan ketrampilan tambahan yang sangat baik dalam menunjang profesi sebagai seorang MC.

TEKNIK BERBICARA
MC melakukan tugasnya dengan berbicara, dengan demikian agar tugasnya selaku MC itu berhasil, dia harus menguasai teknik berbicara secara sempurna sehingga audience menjadi tertarik, puas, terhibur dsb.
Bagaimana caranya untuk menguasai teknik berbicara agar berhasil ?
Bicara adalah suatu proses menyampaikan gagasan, pendapat, bahkan juga gerak bathin atau emosi. Ada beberapa organ bicara yang berfungsi aktif, pada saat proses bicara itu berlangsung. Organ bicara itu adalah :
1. Otak - selaku pusat bicara
2. Paru-paru - menghembuskan udara untuk menggetarkan pita suara
3. Pita suara - penghasil bunyi akibat resonansi udara yang melaluinya
4. Bibir - membentuk konsunan bilabial (b, p, m)
5. Lidah - membentuk konsunan dental (n,ny,s,r,t,z,y,sy)
6. Langit-langit - membentuk konsunan dental
7. Gigi - membentuk rongga mulut guna menghasilkan suatu bunyi
8. Pangkal tenggorokan – membentuk bunyi kh, g
9. Anak tekak - membentuk bunyi kh, g

Seorang akan lancara berbicara dan mengemukakan pendapatnya secara jelas apabila, semua organ bicara yang dia miliki, berfungsi sempurna pada saat ia berbicara.
Selain berfungsi normalnya organ bicara, maka kemampuan kita meramu materi pembicaraan juga merupakan salah satu factor penentu. Untuk itu harus memiliki kosa kata (Vocabulary), diction, (pilihan kata), kemampuan berimprovisasi, kemampuan menggunakan gaya bahasa, dan kemampuan meramu kalimat-kalimat ujaran secara spontan, dengan tetap mengindahkan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar.

TEKNIK MEMBACA
Yang dimaksud dengan membaca disini, adalah kegiatan membaca bukan untuk kepentingan si pembaca, namun yang dimaksudkan agar apa yang dibaca itu dapat dimengerti atau dipahami orang lain yang mendengarkannya.
Factor utama adalah menguasai “ the five key points” atau “lima kunci pokok” dalam melakukan make up naskah yang akan dibaca. Lima kunci pokok itu adalah:
1. Phrasing / pemenggalan kalimat
2. Intonation / Intonasi (lagu kalimat)
3. Stessing / penekanan ; terhadap suku kata, kata, kalimat, alinea.
4. Reading speed ( kecepatan baca )
5. Pause (jedah)

1. Phrasing
 Phrasing adalah kemampuan seseorang /untuk memenggal satu kalimat menjadi bagian-bagian kalimat tertentu /sehingga secara keseluruhan,/ apabila kalimat tersebut diucapkan dapat dimengerti, sesuai dengan makna yang terkandung didalamnya. Seorang pembaca naskah yang professional, akan senantiasa memberi tanda-tanda khusus pada setiap kalimat yang akan dibacanya. Dengan demikian, akan mudah baginya untuk menyampaikan pesan tersebut, dilain pihak, penerima pesan akan mudah pula memahaminya.
2. Intonasi.
 Intonasi berarti lagu kalimat. Jadi yang dimaksud adalah cara menininggi-rendahkan level suara pada bagian-bagian tertentu dari suatu kalimat, dengan tujuan untuk dapat lebih mempengaruhi atau menggugah perhatian pihak yang mendengarkannya.
3. Stressing.
 Stressing adalah cara si pembaca naskah untuk memberikan tekanan tertentu kepada, baik suku kata, kata, kalimat maupun alinea. Penekanan yang keliru atau bukan pada tempatnya, akan membuat perkataan yang diucapkan menjadi janggal terdengar.
4. Reading speed.
 Yang dimaksud dengan reading speed adalah kecepatan baca.
Untuk kecepatan membaca yang normal ialah, antara 110 sampai 120 kata per menit. Dengan mempedomani ketentuan ini, maka akan mudah bagi kita untuk memperkirakan berapa banyak perkataan yang kita perlukan untuk menyusun suatu naskah pidato yang akan diucapkan selama 5 menit, 10 menit dst.
5. Pause
Pause atau jedah, memainkan peranan yang cukup penting. Dalam membaca, bila tidak kita hiraukan pause atau jedah, maka stuktur kalimat yang dibaca juga akan menjadi berantakan.
Penguasaan terhadap lima kunci pokok di atas, merupakan modal dasar bagi anda dalam membaca secara lancer dan komunikatif. Dalam kerangka membaca dapat pula anda lakukan langkah-langkah berikut:

1. Latihan Pernafasan.
Bagaimana caranya anda menggunakan persediaan nafas yang anda miliki secara efektif. Lakukan pemenggalan kalimat secara baik agar dapat membantu pernafasan anda.

2. Olah Vocal :
Berbicaralah secara wajar dengan nada atau level suara yang wajar, adalah yang paling baik. Jangan meniru suara orang lain, atau gaya bicara/gaya membaca orang lain. Jadilah anda sebagai anda / jadilah diri anda sendiri.

3. Olah Raga
Kondisi phisik yang prima tentu merupakan wadah yang paling ideal untuk menampung berbagai aktivitas, termasuk aktivitas selaku seorang MC.

Persiapan Melaukan Tugas
Tahap persiapan melakukan tugas dapat dibagi menjadi dua :
1. Persiapan jangka panjang :
Senantiasa meningkatkan mutu ketrampilan dengan jalan menambah pengetahuan umum, senantiasa mengikuti perkembangan situasi disekitar kita, mengikuti perkembangan bahasa yang terjadi. Semua ini perlu dilakukan karena profesi MC membutuhkannya.
2. Persiapan jangka pendek :
tahap ini dimulai pada saat seseorang ditunjuk atau diminta untuk menjadi MC, atau Pemandu Acara. Hal-hal yang perlu dichek terlebih dahulu adalah :
- Jenis acara/upacara : formal, semi formal, non formal
- Waktu&Tempat : Pagi, siang sore, malam, di gedung, rumah tinggal, lapangan
- Siapa yang hadir
- Urutan mata acara
- Komponen acara/upacara : siapa2 yang berpidato, penceramah, penyanyi dsb.
Setelah melakukan pengechekan terhadap unsure-unsur tersebut, maka tibalah saatnya untuk menyusun materi pengutaraan. Siapkan pengutaraan itu secara tertulis, namun hendaknya selalu diupayakan, agar kalimat yang disusun adalah kalimat-kalimat ujaran. Artinya bahasa yang disusun adalah bahasa dengan ragam lisan, namun tertulis. Apa-apa yang akan menjadi pengutaraan kita, hendaklah ditulis terlebih dahulu.
Gunakanlah kartu-kartu kecil seukuran kartu bridge, dan tulislah pengutaraan-pengutaraan anda secara jelas (mudah dibaca), satu kartu untuk satu bagian pengutaraan. Kartu ini sebaiknya dibuat dari bekas kertas map. Siapkan pula beberapa helai kartu yang masih kosong, untuk catatan tambahan.

Siapkan diri anda untuk ke tempat acara.

Usahakan agar MC sudah berada di tempat acara/upacara satu jam atau selambat-lambatnya setengah jam sebelum acara dimulai. Tenggang waktu ini diperlukan untuk melakukan penyesuaian atau pengecekan akhir lapangan.
Setiba di tempat tugas, setelah menemui pihak penyelenggara/tuan rumah, maka langkah berikutnya adalah melakukan pengecekan terhadap sound system. Periksa jumlah mikropon yang digunakan, dan untuk apa kegunaannya, tes terlebih dahulu, apakah semua mikropon berfungsi sempurna atau tidak.

Bagaimana mengatasi demam mikropon atau demam panggung ?

Cara praktis untuk mengatasi kendala ini ialah dengan jalan menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan-lahan. Lakukan beberapa kali, mudah-mudahan deyut jantung yang cepat akan berkurang.
Bagaimana menatap public yang jumlahnya banyak itu ?
Biasakan muncul beberapa kali sebelum acara dimulai. Misalnya dengan berpura-pura men-test mikropon, atau mengarahkan para tamu agar menempati kursi yang masih lowong di deretan depan. Begitu tampil jangan langsung berbicara, namun cobalah menatap hadirin sejenak sambil melemparkan seulas senyum kepada mereka.
Rasa percaya diri, atau self confidence tentu saja merupakan modal yang paling berperan dalam melaksanakan tugas MC.
Agar susunan acara berlangsung lancer, kiranya diupayakan agar mereka yang ikut berperan seperti menyampaikan pidato, pembaca doa dsb, ditempatkan pada kursi yang tidak terlalu jauh dari pentas, agar memudahkan mereka naik ke mimbar.
MC yang terampil dan teliti, pasti mengetahui tempat duduk yang tepat dari setiap pembicara, penyanyi, pelawak dsb.
Kendati semua sudah dipersiapkan, tetapi apabila masih timbul permasalahan lain, seperti macetnya sound system dsb, janganlah panic, usahakan mengatasi keadaan dengan tenang, jangn ikut-ikutan panic, namun tetaplah tenang sementara kemacetan diperbaiki oleh teknisi.
Tidak tepat, apabila seorang MC mengulas pidato yang baru diucapkan. Hal ini untuk menghindari kesalahan tafsiran akan isi pidato tersebut.
Jangan berteriak di depan mikropone,
MC yang baik juga harus memperhatikan faktor etika, dalam mempersilakan seseorang untuk menyampaikan pidato atau lainnya.
MC mesti mengetahui dimana tempat duduk mereka yang berpidato, pembaca doa, penceramah, penyanyi, pelawak dsb.

Demikian sedikit uraian yang dapat saya sampaikan pada pelatihan ini, semoga bermanfaat bagi saudara-saudara. Syaloom.
  Pellis Latuheru ; TOT ANGKATAN MUDA GPM -----AMBON 2012

KETERAMPILAN MENGAJAR (MATERI ToT PENDIDIKAN KADER AMGPM)

 KETERAMPILAN MENGAJAR
Keterampilan mengajar bagi seorang TutorPelatih/guru/ adalah sangat penting kalau ia ingin menjadi seorang /Pelatih/guru/ tutor yang profesional, jadi disamping dia harus menguasai substansi bidang yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dia dalam proses belajar mengajar/pemberian materi
Keterampilan dasar mengajar ini adalah merupakan panduan pengajaran bagi seorang tutor pelatih/guru/
Keterampilan Dasar Mengajar ini adalah :
1. Keterampilan Bertanya
2. Keterampilan Memberi Penguatan
3. Keterampilan Mengadakan variasi
4. Keterampilan Menjelaskan
5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
6. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
7. Keterampilan Mengelola Kelas
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
I. KETERAMPILAN BERTANYA
  Dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh seorang pelatih/guru//tutor tidaklah lepas dari memberikan pertanyaan dan peserta memberikan jawaban yang diajukan.
Pada kenyataannya di lapangan banyak para pelatih/guru/tutor yang tidak menguasai teknik-teknik dalam memberikan pertanyaan kepada peserta/siswa sehingga banyak pertanyaan tersebut hanya bersifat knowledge (pengetahuan) saja artinya kebanyakan hanya mengandalkan ingatan.
Pengertian keterampilan bertanya bertujuan untuk memperoleh informasi untuk memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir. Pertanyaan yang diberikan bisa bersifat suruhan maupun kalimat yang menuntut respon peserta//siswa.
A. Tujuan-tujuan dalam memberikan pertanyaan tersebut adalah:
a. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu peserta/siswa terhadap suatu pokok bahasan.
b. Memusatkan perhatian peserta/siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep.
c. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat peserta/siswa belajar.
d. Mengembangkan cara belajar peserta/siswa aktif.
e. Memberikan kesempatan kepada peserta/siswa untuk mengasimilasikan informasi.
f. Mendorong peserta/siswa mengemukakannya dalam bidang diskusi.
g. Menguji dan mengukur hasil belajar peserta/siswa.
h. Untuk mengetahui keberhasilan pelatih/guru/tutor dalam mengajar.
Seorang Pelatih/guru/tutor perlu menguasai keterampilan bertanya karena:
1. Cenderung mendominasi kelas dengan ceramah,
2. Peserta/siswa belum terbiasa mengajukan pertanyaan,
3. Peserta/siswa harus dilibatkan secara mental-intelektual secara maksimal, dan
4. Adanya anggapan bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk menguji pemahaman peserta/siswa.
Pertanyaan yang baik mempunyai berbagai fungsi antara lain:
1. Mendorong peserta/siswa untuk berpikir,
2. Meningkatkan keterlibatan peserta/siswa,
3. Merangsang peserta/siswa untuk mengajukan pertanyaan,
4. Mendiagnosis kelemahan peserta/siswa,
5. Memusatkan perhatian peserta/siswa pada satu masalah, dan
6. Membantu peserta/siswa mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik.
B. Komponen- Komponen ketrampilan bertanya
1. Pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat,
2. Pemberian acuan,
3. Pemusatan,
4. Pemindahan giliran,
5. Penyebaran,
6. Pemberian waktu berpikir, dan
7. Pemberian tuntunan.
C. Jenis Ketrampilan bertanya
Keterampilan bertanya yang perlu dikuasai oleh pelatih/guru//tutor meliputi keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan.
(1) Keterampilan bertanya dasar mencakup;
• Pertanyaan yang jelas dan singkat,
• Pemberian acuan, yaitu sebelum mengajukan pertanyaan pelatih/guru/tutor perlu memberikan acuan berupa penjelasan singkat yang berisi informasi yang sesuai dengan jawaban yang diharapkan,
• Memusatkan perhatian; pertanyaan juga dapat digunakan untuk memusatkan perhatian peserta
• Memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan; pelatih/guru/tutor hendaknya berusaha agar semua pebelajar mendapat giliran dalam menjawab pertanyaan, dan yang lebih penting adalah memberikan kesempatan berpikir kepada pebelajar sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan.
(2) Keterampilan bertanya lanjutan meliputi;
• Pengubahan tuntunan tingkat kognitif yaitu pelatih/guru/tutor hendaknya mampu mengubah pertanyaan dari hanya sekadar mengingat fakta menuju pertanyaan aspek kognitif lain seperti penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi,
• Pengaturan urutan pertanyaan yaitu pertanyaan yang diajukan hendaknya mulai dari yang sederhana menuju yang paling kompleks secara berurutan,
• Peningkatan terjadinya interaksi yaitu pelatih/guru/tutor hendaknya menjadi dinding pemantul. Jika ada peserta didik yang bertanya, pelatih/guru/tutor tidak menjawab secara langsung, tetapi melontarkan kembali ke seluruh peserta didik untuk didiskusikan.
D. Prinsip Ketrampilan Bertanya
Dalam menerapkan keterampilan bertanya dasar dan lanjut, pelatih/guru/tutor perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1. Kehangatan dan keantusiasan.
2. Menghindari kebiasaan mengulang pertanyaan sendiri, menjawab pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan yang mengundang jawaban serempak, mengulangi jawaban peserta/siswa, mengajukan pertanyaan ganda, dan menunjuk peserta/siswa sebelum mengajukan pertanyaan
3. Waktu berpikir yang diberikan untuk pertanyaan tingkat lanjut lebih banyak dari yang diberikan untuk pertanyaan tingkat dasar.
4. Susun pertanyaan pokok dan nilai pertanyaan tersebut sesudah selesai mengajar.

  II. . KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
Penguatan adalah respon yang diberikan oleh pelatih/guru/tutor terhadap perilaku peserta/siswa yang baik, yang menyebabkan peserta/siswa tersebut terdorong untuk mengulangi atau meningkatkan perilaku yang baik tersebut
  Penguatan adalah suatu respons terhadap suatu tingkah laku peserta/siswa yang dapat
  menimbulkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
  A. Tujuan Memberi Penguatan
  Memberi penguatan terhadap tingkah laku positif peserta didik selama proses pembelajaran
  bertujuan:
  a. Meningkatkan perhatian peserta didik.
  b. Memudahkan peserta didik selama proses pelatih/guru/tutoran.
  c. Membangkitkan dan memelihara motivasi.
  d. Mengendalikan dan mengubah tingkah laku belajar yang negatif kearah tingkah laku belajar
  yang produktif.
  e. Mengatur dan mengembangkan diri sendiri dalam mengajar.
  f. Mengarahkan cara berpikir tingkat tinggi.
B. Komponen-Komponen Penguatan
Komponen-komponen dalam keterampilan memberi penguatan adalah:
  a. Penguatan verbal, seperti: bagus, benar, tepat; pekerjaan anda baik sekali, saya gembira
  dengan hasil pekerjaan anda dan sebagainya.
  b. Penguatan dengan mimik dan gerakan badan, seperti: senyuman, anggukan, acungan
  jempol, tepuk tangan. Hal ini dapat diikuti dengan penguatan verbal.
 

  c. Penguatan dengan cara mendekati, seperti: berdiri di samping peserta didik, berjalan
  menuju kearah peserta didik, duduk dekat peserta didik/kelompok dan sebaginya. Hal ini
  dapat dibarengi dengan penguatan verbal.
  d. Penguatan dengan sentuhan.
  Pelatih/guru/tutor dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap peserta didik
  atas usaha dan penampilannya dengan cara menepuk pundak, menjabat tangan atau
  mengangkat tangan peserta didik yang berprestasi di kelas. Penggunaan penguatan ini harus
  bijaksanan artinya dipertimbangakan umur, jenis kelamin dan latar kebudayaan setempat
  (umpamnnya mengelus-elus rambut ).
  e. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan
  Kegiatan atau tugas yang menyenangkan dapat dipakai sebagai penguatan.Misal: peserta
  didik yang dapat menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu dan baik dapat diberi tugas untuk
  membantu temannya yang kesulitan dan sebagainya.
  f. Penguatan berupa simbol atau benda seperti: komentar tertulis pada buku peserta didik,
  kartu bergambar, bintang, lencana dan lainnya asal tidak terlalu mahal penguatan tak penuh
  sepert “yah, jawabanmu sudah baik tetapi masih perlu disempurnakan”

C. Prinsip-Prinsip penguatan
Dalam memberikan penguatan harus diperhatikan prinsip-prinsip berikut.
1. Kehangatan dan keantusiasan :
Dalam memberikan penguatan hendaknya menunjukkan kehangatan dan keantusiasan secara efektif baik suara, mimik maupun gerakan badan
2. Kebermaknaan :
Bila pelatih/guru/tutor mengatakan kepada seorang peserta didik, "karangan anda sangat baik", padahal karangan tersebut bukan hasil karyanya, maka penguatan yang diberikan tidak bermakna bagi peserta didik.Sebaiknya kepada peserta didik itu pelatih/guru/tutor mengatakan, " karangan akan lebih baik jika anda berusaha sendiri". Dengan cara ini penguatan yang diberikan wajar dan bermakna bagi peserta didik yang bersangkuatan.
3. Hindari respon negatif
Respon negatif seperti komentar yang bernada menghina, ejekan kata-kata kasar, sindirian dan sebagainya, perlu dihindari karena akan mematahkan semangat peserta didik dalam mengembangkan dirinya.
4. Penguatan harus bervariasi : Baik Verbal maupun non verbal
5. Sasaran penguatan harus jelas : harus sesuai dengan tujuan/jawaban yang diharapkan
6. Penguatan harus diberikan segera setelah perilaku yang diharapkan muncul.
Penggunaan penguatan dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan iklim kelas yang kondusif sehingga peserta/siswa dapat belajar secara optimal. Penguatan dengan maksud seperti itu terdiri dari penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif berupa pemberian motivasi untuk merspons perilaku peserta/siswa yang sesuai dengan harapan pelatih/guru/tutor sehingga ia tetap merasa senang mengikuti pelajaran di kelas. Penguatan negatif berupa penghentian keadaan yang kurang menyenangkan sehingga peserta/siswa merasa terbebas dari keadaan seperti itu.
Agar memberi pengaruh yang efektif, semua bentuk penguatan harus diberikan dengan memperhatikan siapa sasarannya dan bagaimana teknik pelaksanaannya. Di samping itu juga perlu diingat bahwa penguatan harus diberikan dengan hangat dan penuh semangat, harus bermakna bagi peserta/siswa, dan jangan menggunakan kata-kata yang tidak pada tempatnya.
Pada hakekatnya hampir semua orang ingin dihargai.Hal ini menunjukkan bahwa memperoleh penghargaan merupakan salah satu tuntutan setiap orang dalam hidupnya sehari-hari. Karena itu jika seseorang membutuhkan penghargaan yang lebih akan mendorong dirinya untuk memperbaiki tingkah laku dan meningkatkan cara kerjanya.
Dalam proses pembelajaran penghargaan juga mempunyai arti yang penting. Karena dengan penghargaan memberikan penguatan atas tingkah laku positif peserta didik. Dan akan mendorong dirinya untuk mengambil inisiatif serta bersemangat dalam belajar. Untuk itu menerapkan keterampilan memberikan penguatan secara sistematis berdasarkan cara dan prinsip yang tepat akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran

III. KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksud sebagai proses perubahan dalam pengajaran yang dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu; variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan alat dan media pembelajaran dan variasi dalam pola interaksi dalam kelas.
Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi di dalam kegiatan pembelaran dapat menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat dan keingintahuan peserta/siswa, melayani gaya belajar peserta/siswa yang beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan peserta/siswa.
A. Tujuan Mengadakan Variasi
  1. Menimbulkan dan meningkatkan perhatian peserta didik terhadap aspek-aspek
  pembelajaran yang relevan
  2. Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi dan rasa ingin tahu melalui kegiatan
  penelitian (inverstigasi) dan penjelajahan ( eskplorasi)
  3. Membentuk sikap positif terhadap pelatih/guru/tutor dan sekolah
  4. Kemungkinan peserta didik mendapat layanan secara individual sehingga memberikan
  kemudahan belajar.
Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai pelatih/guru/tutor dalam pelatih/guru/tutoran untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi.
Hakikat dan Manfaat Variasi dalam kegiatan pembelajaran.Variasi mengandung makna perbedaan. Dalam kegiatan pembelajaran, pengertian variasi merujuk pada tindakan dan perbuatan pelatih/guru/tutor, yang disengaja ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk memacu dan mengikat perhatian peserta/siswa selama pelajaran berlangsung.
Proses pembelajaran yang berlangsung dengan kegiatan belajar yang sama, cenderung menurunkan minat dan motivasi peserta didik dalam belajar. Oleh karena itu, perIu diciptakan kondisi yang beragam selama proses pembelajaran melalui serangkaian kegiatan.
B. KomponennKomponen Variasi:
  a. Variasi dalam Gaya Mengajar:
1) Penggunaan variasi suara
2) Pemusatan perhatian
3) Kesenyapan
4) Mengadakan kontak pandang
5) Gerakan badan dan mimik
6) Pergantian posisi pelatih/guru/tutor dalam kelas
  b. Penggunaan Media dan Bahan Pelajaran
1) Variasi alat/ bahan yang dapat dilihat
2) Variasi alat yang dapat didengar
3) Variasi alat yang dapat diraba dan dimanipulasi
  c. Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Peserta/siswa : misalnya dalam mengelompokkan
  peserta didik, tempat kegiatan pembelajaran, dan dalam pengorganisasian pesan ( deduktif
  dan induktif).
C. Prinsip Penggunaan
  1. Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu, relevan dengan tujuan, sesuai
  dengan tingkat kemampuan peserta didik dan hakikat pendidikan
  2. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak merusak
  perhatian pesertai didik dan mengganggu proses pembelajaran
  3. Sejalan dengan prinsip a dan b, komponen variasi tertentu memerlukan susunan dan
  perencanaan yang baik. Artinya secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran
  (berstruktur). Dan apabila diperlukan komponen tersebut dapat digunakan secara luwes dan
  spontan sesuai dengan pengembangan proses pembelajaran dan balikan dari peserta
  didik selama proses pembelajaran berlangsung.






IV. KETERAMPILAN MENJELASKAN
Menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, antara sebab akibat, yang diketahui dan yang belum diketahui.
A. Tujuan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan sangat penting bagi pelatih/guru/tutor karena sebagian besar percakapan pelatih/guru/tutor yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman peserta/siswa adalah berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan pelatih/guru/tutor akan memungkinkan peserta/siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatnya keterlibatan peserta/siswa dalam kegiatan pelatih/guru/tutoran.
B. Komponen-Komponen Penjelasan
Penggunaan penjelasan dalam pembelajaran memiliki beberapa komponen yang harus diperhatikan, yaitu:
Komponen keterampilan menjelaskan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
1. Merencanakan materi penjelasan yang mencakup:
1. menganalisis masalah,
2. menentukan hubungan, serta
3. menggunakan hukum, rumus, dan generalisasi yang sesuai.
2. Menyajikan penjelasan, yang mencakup:
  1. Kejelasan, yaitu keterampilan yang erat kaitannya dengan penggunaan bahasa
  lisan, penggunaan contoh dan ilustrasi, yang bisa dilakukan dengan pola induktif
  (memberikan contoh terlebih dahulu kemudian menarik kesimpulan umum )atau
  deduktif, hukum atau rumus dikemukakan lebih dahulu lalu diberi contoh untuk
  memperjelas rumus dan hukum yang telah dikemukakan.
2. Pemberian tekanan yang dapat dilakukan dengan berbagai variasi gaya mengajar,
  dan membuat struktur sajian, dan
3. Balikan, yang bertujuan untuk mendapat informasi tentang tingkat pemahaman
  peserta/siswa, baik melalui pertanyaan maupun melalui tugas.
Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, dan akhir pelajaran, dengan selalu memperhatikan karakteristik peserta/siswa yang diberi penjelasan serta materi/ masalah yang dijelaskan.
Pengertian menjelaskan dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran mengacu kepada perbuatan mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana dan sistematis sehingga dalam penyajiannya peserta/siswa dengan mudah dapat memahaminya.



Pentingnya penguasaan keterampilan menjelaskan bagi pelatih/guru/tutor adalah dengan penguasaan ini memungkinkan pelatih/guru/tutor dapat meningkatkan efektivitas penggunaan waktu dan penyajian penjelasannya, mengestimasi tingkat pemahaman peserta/siswa, membantu peserta/siswa memperluas cakrawala pengetahuannya, serta mengatasi kelangkaan buku sebagai sarana dan sumber belajar.
Kegiatan menjelaskan dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk membantu peserta/siswa memahami berbagai konsep, hukum, prosedur, dan sebagainya secara objektif, membimbing peserta/siswa memahami pertanyaan, meningkatkan keterlibatan peserta/siswa, memberi peserta/siswa kesempatan untuk menghayati proses penalaran serta memperoleh balikan tentang pemahaman peserta/siswa
C. Prinsip-Prinsip Menjelaskan
Penyajian penjelasan harus didasari prinsip-prinsip :
(a) Adanya relevansi antara penjelasan dengan tujuan pembelajaran,
(b) Sesuai dengan keperluan,
(c) Mengingat latar belakang dan kemampuan peserta/siswa,
(d) Diberikan secara spontan atau sesuai dengan rencana yang telah disiapkan, dan
(e) Isi penjelasan bermakna bagi peserta/siswa
 V. KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Yang dimaksud dengan keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh pelatih/guru/tutor untuk menciptakan situasi siap mental dan menimbulkan peserta/siswa agar terpusat perhatian pada apa yang dipelajari.
Yang dimaksud dengan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh pelatih/guru/tutor untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari peserta/siswa.
a. Komponen Membuka
  1) Menarik perhatian peserta/siswa
  2) Menimbulkan motivasi
  3) Memberikan acuan
  4) Membuat kaitan
b. Komponen Menutup
  1) Meninjau kembali
  2) Mengevaluasi
VI. KETERAMPILAN MEMIMPIN DISKUSI KELOMPOK KECIL
Dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat, setiap orang dihadapkan kepada masalah-masalah yang menuntut adanya pengambilan keputusan. Untuk itu dibutuhkan forum diskusi (musyawarah) guna melatih keterampilan pengambilan keputusan atau kata sepakat.
Dalam proses pembelajaran tujuan yang hendak dicapai tidak terbatas pada pengetahuan saja, melainkan juga pembentukan keterampiIan dan sikap.Karena itu menuntut adanya model pembelajaran yang dapat melibatkan potensi peserta didik secara optimal, yaitu suatu model pembelajaran yang menekankan penggunaan metode diskusi kelompak . Kegiatan ini memungkinkan peserta didik untuk menguasai konsep-konsep materi untuk memecahkan suatu masalah melalui proses berpikir kritis, percaya diri, berani berpendapat secara kritis dan positif serta mampu berinteraksi dengan temannya.
A. Pengertian
Diskusi kelompok kecil, yaitu percakapan dalam kelompok yang memenuhi syarat:
a. Melibatkan kelompak yang banyak anggotannya berkisar antara tiga sampai sembilan orang
b. Berlangsung dalam interaksi secara bebas dan langsung
c. Mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerja sama antar anggota kelompok
d. Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menuju suatu kesimpulan.
Jadi keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah melaksanakan kegiatan membimbing peserta /siswa agar dapat melaksanakan diskusi kelompok kecil secara efektif dalam rangka mencapai indikator .
B. Tujuan
a. Memberikan pengalaman kepada peserta didik daiam menjelajahi gagasan baru atau masalah
  yang menuntut pemecahan.
b. Mengernbangkan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi.
c. Melibatkan peserta didik dalam perencanaan dan meningkatkan pengambilan keputusan.
C. Prinsip Penggunaan
a. Diskusi Hendaknya Berlangsung Dalam Iklim Terbuka.
  Hal ini ditandai oleh adanya kehangatan hubungan antar pribadi, kesediaan menerima dan
  mengenal topik lebih jauh, keantusiasan berpartisipasi dan kesediaan menghargai pendapat
  orang lain serta terbinanya perasaan aman dan bebas berpendapat.
b.Kegiatan diskusi dapat berlangsung secara efektif jika didahului oleh perencanaan dan
  persiapan yang matang
  1).Pemilihan topik sesuai dengan indikator khusus yang akan dicakup, minat dan kemampuan
  peserta didik serta bermakn.a bagi peningkatan kemampuan berpikirnya.
  2).Perumusan, masalah hendaknya mengandung jawaban yang komplek atau jawaban
  bermacam-macam yang berbeda hanya tingkat kebenaran, sudut pandang dan arah
  peninjauannya.
  3).Penyiapan informasi pendahuluan yang berhubungan dengan topik agar peserta didik
  memiliki latar belakang pengetahuan yang sama yang dapat diIakukan dengan membaca
  artikel, melakukan observasi dan lain-lain.


  4).Penyiapan diri sebaik-baiknya sebagai pemimpin diskusi. Dalam hal ini pelatih/guru/tutor
  hendaknya selalu siap sebagai sumber informasi, motivator. Sehingga dapat memberikan
  penjelasan yang diperlukan dan menyusun pertanyaan yang memotivasi peserta didik dan
  memahami kesulitannya.
  5) Penetapan besar kelompok peserta didik.
  Besar kecilnya kelompok mempunyai kekuatan dan kelemahan yang berbeda. Karena itu
  hendaknya dipertimbangkan pengalaman, kematangan dan keterampilan peserta didik,
  tingkat kekompakan, intensitas minat, latar belakang pengetahuan dan keterampilan
  pelatih/guru/tutor memimpin diskusi.
  6) Pengaturan tempat duduk, agar diupayakan anggota kelompok dapat bertatap muka dan
  pemimpin diskusi berada dalam posisi yang memungkinkan dapat berhadapan dengan
  anggota.Sehingga terpupuk suasana kehangatan, persahabatan, keko hesivan antar peserta.
c. Pemanfaatan Secara Maksimal Kekuatanlkeuntungan Diskusi
  1) Hasil keputusan kelompok lebih kaya
  2) Anggota kelompok sering dimotivasi oleh kehadiran kelompok lain
  3) Anggota kelompok yang pemalu lebih bebas mengemukakan pendapat dalam kelompok
  kecil
  4) Anggota kelompok lebih merasa terikat dalam melaksanakan, keputusan kelompok karena
  terlibat dalam proses pengambilan keputusan
  5) Diskusi kelompok dapat meningkatakan pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain
  (kemampuan berinteraksi)
d. Menghindari atau mengurangi kelemahan-kelemahan diskusi kelompok, antara lain:
  1) Diskusi kelompok memerlukan waktu yang lebih banyak daripada cara belajar biasa
  2) Dapat memboroskan waktu, terutama bila terjadi hal-hal negatif seperti pengarahan kurang
  tepat, pembicaraan berlarut-larut, penyimpangan yang tidak ditegur, penampilan yang
  kurang baik.
  3) Anggota yang pendiam atau pernalu sering tidak mendapat kesempatan mengemukakan
  pendapatnya.Akibatnya ia dapat menarik diri atau terjadi frustasi
  4) Jika pemimpin kurang bijaksana diskusi dapat didominasi oieh orang-orang tertentu °
D. Komponen Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
  a. Memusatkan perhatian yang dilakukan dengan jalan :
  1) Merumuskan tujuan pada awal diskusi dan mengenalkan topik atau masalah yang
  dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan yang mengugah rasa ingin tahu
  2) Menyatakan masalah-masalah khusus dan menyatakan kembali bila terjadi penyimpangan
  3) Mencatat perubahan-perubahan yang tidak relevan yang mengakibatkan penyimpangan
  dari tujuan atau masalah pokok yang dipecahkan


  4) Merangkum hasil pembicaraan pada tahap-tahap tertentu sebelum melanjutkan masalah
  berikutnya
  b. Memperjelas masalah atau urutan pendapat sehingga peserta diskusi mendapat gambararn
  yang sama tentang apa yang dikernukakan dan membantu mengembangkan kemampuan
  berpikir peserta/siswa didik.Adapun caranya:
  1) Menguraikan kembali gagasan peserta didik yang kurang jelas itu hingga menjadi jelas
  (dimengerti oleh anggota kelompok).
  2) Meminta komentar peserta diskusi yang lain dengan mengajukan pertanyaan yang
  membantu memperjelas/ mengembangkan ide
  3) Menguraikan gagasan peserta didik dengan memberikan informasi tambahan atau contoh-
  contoh sehingga mudah dimengerti
c. Menganalisis pandangan peserta didik.
  Perbedaan pendapat diantara anggota kelompok dalam diskusi sering terjadi. Hal ini dapat
  dimanfaatkan untuk membimbing peserta didik berpartisipasi secara konstruktif dan kreatif
  dengan cara, pelatih/guru/tutor (pemimpin diskusi) mampu menganalisis alasan perbedaan
  pendapat misalnya:
  1) Meneliti apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat
  2) Memperjelas hai-hal yang telah disepakati dan tidak di sepakati.
d. Menganalisis pendapat peserta didik, dengan jalan:
  1) Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang peserta didik untuk berpikir.
  2) Memberikan contoh baik verbal maupun non verbal
  3) Menghangatkan suasana dengan pertanyaan yang mengundang perbedaan pendapat
  4) Memberi waktu yang cukup untuk berpikir tanpa diganggu oleh komentar pelatih/guru/tutor
  5) Memberikan dukungan terhadap urun peserta didik dengan jalan mendengarkan dengan
  penuh perhatian, memberikan komentar yang positif, sikap yang bersahabat, mimik yang
  memberikan penguatan
e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, yang dilakukan dengan jalan:
  1) Mencoba memancing peserta didik yang malu-malu mengeluarkan pendapat
  2) Mencegah terjadinya pembicaraan yang serentak dengan memberi giliran pada peserta didik
  yang pendiam lebih dulu
  3) Mencegah secara bijaksana peserta didik yang memonopoli pembicaraan
  4) Mendorong peserta didik mengomentari urunan pikiran temannya sehingga interaksi antar
  peserta didik dapat ditingkatkan
  5) Jika terjadi jalan buntu karena perbedaan pendapat dapat dicari jalan pemecahan masalah
  secara alternatif



f. Menutup diskusi dengan cara
  1) Membuat rangkuman hasil diskusi dengan bantuan peserta didik
  2) Memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi atau tentang topik diskusi yang akan
  datang
  3) Mengajak peserta didik menilai proses maupun hasil diskusi yang telah dicapai dengan cara
  observasi, wawancara, skala sikap dan sebagiannya. Dengan ini peserta didik menyadari
  peran dan penampilannya dalam diskusi dan merupakan balikan untuk perbaikan yang akan
  datang.
Agar pelatih/guru/tutor menguasai ke enam keterampilan diatas dengan baik hendaknya menghindari hal-hal sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan diskusi dengan topik yang tidak sesuai dengan minat peserta didik dan
  latar belakang pengetahunnya
2) Mendominasi pembicraraan dengan pertanyaan yang terlampau banyak dan jawaban yang
  banyak pula
3) Membiarkan peserta didik tertentu monopoli pembicaraan
4) Membiarkan terjadinya penyimpangan atau pembicaraan yang tidak relevan
5) Tergesa-gesa meminta respon peserta didik atau terus mengisi waktu dengan berbicara,
  peserta didik tidak sempat berpikir
6) Membiarkan peserta didik enggan berpartisipasi
7) Tidak memperjelas atau mendukung urutan pendapat peserta didik
8) Gagal mengakhiri diskusi secara efektif.
 VII. PENGELOLAAN KELAS
A. Pengertian
Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pelatih/guru/tutoran dapat berlangsung secara optimal.
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan pelatih/guru/tutor untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.
B. Prinsip pengelolaan kelas
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah; kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi, luwes, penekanan pada hal-hal positif, dan penanaman disiplin diri.
C. Komponen Mengelola kelas
Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen sebagai berikut:
  1). Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal:
• menunjukkan sikap tanggap dengan cara; memandang secara seksama, mendekati, memberikan pernyataan dan memberi reaksi terhadap gangguan di kelas,


• memberi petunjuk yang jelas,
• memberi teguran secara bijaksana,
• memberi penguatan ketika diperlukan.
2). Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal :
• modifikasi perilaku yaitu mengajarkan perilaku yang baru dengan contoh dan pembiasaan, meningkatkan perilaku yang baik dengan penguatan, dan mengurangi perilaku buruk dengan hukuman(mendididk)
• pengelolaan kelompok dengan cara; peningkatan kerja sama dan keterlibatan, menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul,
• menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah, misalnya mengawasi secara ketat, mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya, menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi, dan menghilangkan ketegangan dengan humor.
Keberhasilan pelatih/guru/tutor dalam mengajar tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor yang langsung berhubungan dengan proses pelatih/guru/tutoran saja, tetapi juga ada faktor lain yaitu kemampuan dalam mencegah timbulnya tingkah laku peserta didik yang mengganggu jalannya proses pelatih/guru/tutoran serta kondisi fisik yang tersedia dan pengolahannya. Misal: peserta didik ngantuk, enggan mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, suka mengganggu teman, mengajukan pertanyaan aneh, kelas kotor, kursi banyak kutu busuk dan sebaginnya.
D. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
Khusus pengelolan kelas yang menyangkut orang (peserta didik) dapat bersifat individual atau keIompok, maka untuk menanganinya diperlukan kehati-hatian. Biasanya teknik yang digunakan antara lain: nasihat, teguran, larangan, ancaman, teladan, hukuman dan sebagainya.
Menurut James Cooper dkk. mengemukakan tiga pendekatan dalam pengelolaan kelas yang didalamnya terdapat teknik-teknik yaitu:
  1. Pendekatan Alodifikasi Perilaku.
Pendekatan ini bertolak dari psikalogi behavioral dengan anggapan dasar bahwa tingkah manusia yang baik maupun yang buruk dalam batas-batas tertentu merupakan hasil belajar. Pendekatan ini memanfaatkan hasil penelitian tentang bagai mana tingkah laku manusia terbentuk melalui hubungan manusia dengan lingkungan guna merumuskan teknik-teknik yang dapat dihandalkan dalam membina manusia, yaitu:
  a) Penguatan Negatif yaitu: pengurangan hingga penghilangan suatu stimulus yang tidak
  menyenangkan untuk mendorong terulang kembali suatu tingkah laku yang timbul sebagai akibat dari pengurangan dan penghilangan tersebut.
Contoh: misalnya pelatih/guru/tutor ingin agar peserta didik berani mengeluarkan pendapat, pelatih/guru/tutor selalu menunjuk langsung peserta didik yang tidak berani mengeluarkan pendapat agar mengeluarkan pendapat (stimulus yang tidak menyenangkan).

  Bila suatu saat peserta didik berani mengeluarkan pendapat tanpa menunggu ditunjuk pelatih/guru/tutor maka pelatih/guru/tutor mulai mengurangi secara berangsur-angsur cara menunjuk langsung (penguatan negetif). Pengurangan itu semakin meningkat sejalan dengan semakin seringnya,peserta didik mengeluarkan pendapat tanpa ditunjuk pelatih/guru/tutor hingga akhirnya ditiadakan bila peserta didik telah terbiasa mengeluarkan pendapat.
Hal-hal yang perlu dihindarkan dalam penggunaan penguatan negatif:
a) Hindarkan pemberian stimulus yang menyakitkan
b) Sasaranya jelas
c) Pemberian penguatan dengan segera
d) Penyajian stimulus yang bervariasi
  e) Keantusiasan.
  b) Penghapusan yaitu: usaha mengubah tingkah laku peserta didik dengan cara menghentikan pemberian respons terhadap suatu tingkah laku peserta didik yang semula dikuatkan dengan respons tersebut.Sebagai contoh, seorang peserta didik yang selalu mengomentari penjelasan pelatih/guru/tutor saat pelatih/guru/tutor sedang menerangkan, misalnya, mungkin karena setiap kali peserta didik mengomentari penjelasan pelatih/guru/tutor, pelatih/guru/tutor selalu memberikan respons yang memberikan kesan pada peserta didik bahwa pelatih/guru/tutor tidak berkeberatan dengan komentar komentar seperti itu (padahal pelatih/guru/tutor sebenarnya tidak mengharapkan komentar seperti itu). Untuk mengurangi atau menghilangkan kebiasaan seperti tersebut, salah satu teknik yang dapat digunakan adalah penghapusan, yaitu dengan menghentikan pemberian respons yang memberikan kesan pada peserta didik bahwa pelatih/guru/tutor tidak berkebertaan terhadap kebiasan peserta didik tersebut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan penghapusan, yaitu:
  a) Untuk mengurangi kekecewaan peserta didik sebagai akibat ditiadakannya pengukuh
  yang diharapkan, sebaiknya teknik ini dikombinasikan dengan teknik lain, khususnya
  teknik penguatan positif, bila ternyata ada hal-hal yang dilakukan oleh peserta didik.
  b) Bila pelatih/guru/tutor sulit menemukan penguatan yang membentuk tingkah laku peserta didik, lalu setelah mencoba-coba beberapa pengukuh ternyata gagal, sebaiknya digunakan teknik lain agar peserta didik tidak terlalu larut dalam tingkah laku yang hendak dihapus lersebut.
  c) Dibutuhkan waktu yang relatif lama dalam menghilangkan tingkah laku peserta didik
  yang menyimpang bila mengguna kan teknik penghapusan. Sementara penghapusan
  berlangsung dan peserta didik melakukan tindakan yang sangat mengganggu kelancaran
  proses pelatih/guru/tutoran, misal menyebab kan peserta didik sekelas tertawa berkepanjangan, sebaiknya teknik ini tidak dilanjutkan pemakaiannya dan diganti dengan teknik lain.
 
d) Bila suatu penguatan telah ditetapkan untuk tidak diberikan kepada peserta didik, maka sedapat mungkin penguatan tersebut tidak diberikan.Untuk itu perlu ada koordinasi antar staf pengajar agar tidak terjadi ada pelatih/guru/tutor tidak memberikan penguatan, dipihak lain ada pelatih/guru/tutor yang tetap memberikan.Bila hal demikian terjadi akan semakin sulit menghapus tingkah laku peserta didik yang menyimpang tersebut.
c) Hukuman.
  Penyajian stimulus yang tidak menyenangkan,untuk menghilangkan dengan segera tingkah laku peserta didik yang tidak dikehendaki.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hukuman:
a) Sedapat mungkin aturan hukuman diciptakan bersama antara pelatih/guru/tutor dengan
  peserta didik atau minimal disepakati oleh peserta didik.Dengan demikian ia lebih ikhlas
  bila dihukum.
b) Hukuman hendaknya diberikan segera setelah pelanggaran terjadi sehingga peserta didik
  memilikik kesan yang kuat tentang kaitan antara pelanggaran dan hukuman.
c) Sedapat mungkin hukuman dikombinasikan dengan teknik lain terutama teknik penguatan
  positif, bila ada haI-hal positif pada diri peserta didik.
d) Setelah menghukum peserta didik, pelatih/guru/tutor hendaknya bersikap wajar seperti
  semula agar hubungan yang mungkin terganggu sebagai akibat pemberian hukuman dapat
  pulih kembali.
e) Bentuk-bentuk hukukman yang digunakan bervariasi agar peserta didik tidak menjadi jenuh
  atau kebal dengan sesuatu bentuk hukuman.
2. Pendekatan /iklim Sosial Emosional
Pendekatan ini bertolak dari psikologi klinis dan konseling, dengan anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien mempersyaratkan hubungan sosial emosional yang baik antara pelatih/guru/tutor dengan peserta/siswa dan antar peserta/siswa. Selanjutnya pelatih/guru/tutor dipandang memegang peranan penting
dalam menciptakan hubungan baik tersebut. Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan pada kita bahwa bila hubungan kita dengan partner kerja baik, berbagai kegiatan kejasama dapat berlangsung dengan lancar. Dan bila terjadi kesalahpahaman mudah dicari jalan keluarnya. Demikian halnya dengan proses pembelajaran, bila hubungan antara pelatih/guru/tutor dengan peserta baik, maka proses pembelajaranan dapat berlangsung dengan lancar, kesalahpahaman yang timbul dapat diatasi dengan mudah.
  1) Sikap umum, yaitu terbuka, menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia,
  empati, membicarakan situasi pelanggaran dan bukan pelakunya, demokratis
  (melibatkan peserta didik dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
  kepentingannya)
  2) Sikap khusus.Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel mengelompokkan tingkah laku peserta
  didik yang
 
  biasanya mengganggu proses pelatih/guru/tutoran menjadi empat macam yaitu:
  a) Peserta didik yang memiliki tingkah laku menarik perhatian akan selalu berusaha
  memakai berbagai cara unfuk menarik perhatian pelatih/guru/tutor. la mungkin
  tertawa lebih keras dibanding dengan teman-temannya, sering menggoda teman
  disebeiahnya, pura-pura sakit, pura-pura tidak mengerti sehingga bertanya terus clan
  sebagainnya. Hal yang demikian sebaiknya dibiarkan saja, masa bodoh.
  b) Peserta didik yang memiliki tingkah laku menguasai akan selalu berusaha
  mengalahkan orang lain.Bila tidak dapat secara wajar, ia akan marah dan melakukan
  tindakan agresif, atau sebaliknya menarik diri sama sekali clan tidak mau
  melaksanakan kewajibannya.Hal ini atasi dengan memberikan tugas untuk
  memimpin yang membutuhkan kebera man atau kekuatan fisik.
  c) Peserta didik yang memiliki tingkah laku membalas dendam akan selalu melakukan
  tindakan yang menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis. Hal ini serahkan
  pada psikolog dan pelatih/guru/tutor hanya membantu pelaksanaanya di kelas.
  d) Peserta didik yang memiliki tingkah laku merasa tidak mampu akan selalu
  mengatakan bahwa ia tidak mampu mengerjakan tugas.Karena bisannya ia yakin
  akan gagal atau merasa gagal sebelum mulai. Hal ini jangan disalahkan langsung
  melainkan berikan dorongan dan bimbingan.
3. Pendekatan Proses kelompok.
Pendekatan ini bertolak dari psikologi dan dinamika kelompok, dengan anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien berlangsung dalam konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Oleh karena itu, peranan pelatih/guru/tutor dalam rangka pengelolaan kelas adalah menciptakan kelompok kelas yang mempunyai ikatan yang kuat serta dapat bekerja secara efektif dan efisien. Pada awal pelajaran, para peserta didik biasanya masih merupakan kerumunan orang dengan tujuan, pikiran, perasaan yang sangat berbeda. Tugas pelatih/guru/tutor adalah memadu kepentingan-kepentingan perseorangan tersebut menjadi kepentingan kelompok, kemudian membentuk kerumunan tersebut rnenjadi satu kelompok dengan ikatan yang kuat dan mampu bekerja sama secara produktif. Guna mengikat kerumunan peserta didik menjadi satu kelompok yang mempunyai ikatan yang kuat, ada sejumlah unsur yang diperlukan.Unsur-unsur penting yang amat diperlukan adalah tujuan, aturan, dan pemimpin.
1) Tujuan Kelompok.
Karena para peserta didik biasanya hadir di kelas dengan tujuan yang berbeda, maka tugas pelatih/guru/tutor yang pertama adalah mengarahkan para peserta didik ke tujuan kelas, khususnya indikator .Tujuan yang dapat mendorong usaha untuk mencapainnya antara lain adalah tujuan yang jelas dan realistis. Oleh sebab itu, pelatih/guru/tutor perlu merumuskan tujuan yang realistis serta mengkomunikasikannya secara jelas kepada peserta didik.
2) Aturan.
Aturan yang mampu mengikat peserta didik menjadi kelompok yang padu adalah aturan yang dapat dibuat bersama antara pelatih/guru/tutor dan peserta /siswa atau minimal disetujui oleh peserta didik. Bila ada peserta didik yang tidak menyetujui aturan dalam kelompok akan mengurangi daya ikat aturan tersebut.
  3) Pemimpin.
Seorang pelatih/guru/tutor dengan sendirinya akan menjadi pemimpin kelompok peserta didik di kelas ia mengajar. Sebagai pemimpin hal pertama yang harus dilaksanakan adalah menjelaskan tujuan kelompok dan membentuk aturan kelompok. Selain itu daiam menciptakan dan memelihara suasana kerja kelompok yang sehat ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu mendorong dan memeratakan partisipasi, mengusahakan kompromi, mengurangi ketegangan, memperjelas komunikasi, mengatasi pertentangan antar pribadi atau antar kelompok dan menunjukkan kehadiran serta menerapkan sangsi.
 8. KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN
Terjadinya hubungan interpersonal yang sehat dan akrab dapat terjadi antara pelatih/guru/tutor- peserta/siswa, maupun antara peserta/siswa dan peserta/siswa, baik dalam kelompok kecil maupun perorangan.
Pembelajaran dalam kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran
  yang memungkinkan pelatih/guru/tutor memberikan perhatian terhadap setiap peserta/siswa, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara pelatih/guru/tutor dengan peserta/siswa maupun antara pebelajar sendiri. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dapat dilakukan dengan:
• Mengembangkan keterampilan dalam pengorganisasian, dengan memberikan motivasi dan membuat variasi dalam pemberian tugas.
• Membimbing dan memudahkan belajar, yang mencakup penguatan, proses awal, supervisi, dan interaksi pelatih/guru/tutoran.
• Pemberain tugas yang jelas, menantang dan menarik.
Untuk melakukan pembelajaran perorangan perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berpikir pebelajar agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima dengan efektif.
 Demikianlah sajian materi keterampilan mengajar ini di sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi saudara/saudara sebagai calon pelatih/guru/tutor untuk Pendidikan kurikulum kader AMGPM, sekaligus dapat mengimplementasikannya dalam pelatihan-pelatihan yang akan dilakukan, baik pada jenjang dasar. Menengah maupun lanjutan. Syaloom






 Tim Penyusun Modul PB AMGPM