KETERAMPILAN MENGAJAR
Keterampilan mengajar bagi seorang TutorPelatih/guru/ adalah sangat penting kalau ia ingin menjadi seorang /Pelatih/guru/ tutor yang profesional, jadi disamping dia harus menguasai substansi bidang yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dia dalam proses belajar mengajar/pemberian materi
Keterampilan dasar mengajar ini adalah merupakan panduan pengajaran bagi seorang tutor pelatih/guru/
Keterampilan Dasar Mengajar ini adalah :
1. Keterampilan Bertanya
2. Keterampilan Memberi Penguatan
3. Keterampilan Mengadakan variasi
4. Keterampilan Menjelaskan
5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
6. Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
7. Keterampilan Mengelola Kelas
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
I. KETERAMPILAN BERTANYA
Dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh seorang pelatih/guru//tutor tidaklah lepas dari memberikan pertanyaan dan peserta memberikan jawaban yang diajukan.
Pada kenyataannya di lapangan banyak para pelatih/guru/tutor yang tidak menguasai teknik-teknik dalam memberikan pertanyaan kepada peserta/siswa sehingga banyak pertanyaan tersebut hanya bersifat knowledge (pengetahuan) saja artinya kebanyakan hanya mengandalkan ingatan.
Pengertian keterampilan bertanya bertujuan untuk memperoleh informasi untuk memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir. Pertanyaan yang diberikan bisa bersifat suruhan maupun kalimat yang menuntut respon peserta//siswa.
A. Tujuan-tujuan dalam memberikan pertanyaan tersebut adalah:
a. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu peserta/siswa terhadap suatu pokok bahasan.
b. Memusatkan perhatian peserta/siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep.
c. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat peserta/siswa belajar.
d. Mengembangkan cara belajar peserta/siswa aktif.
e. Memberikan kesempatan kepada peserta/siswa untuk mengasimilasikan informasi.
f. Mendorong peserta/siswa mengemukakannya dalam bidang diskusi.
g. Menguji dan mengukur hasil belajar peserta/siswa.
h. Untuk mengetahui keberhasilan pelatih/guru/tutor dalam mengajar.
Seorang Pelatih/guru/tutor perlu menguasai keterampilan bertanya karena:
1. Cenderung mendominasi kelas dengan ceramah,
2. Peserta/siswa belum terbiasa mengajukan pertanyaan,
3. Peserta/siswa harus dilibatkan secara mental-intelektual secara maksimal, dan
4. Adanya anggapan bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk menguji pemahaman peserta/siswa.
Pertanyaan yang baik mempunyai berbagai fungsi antara lain:
1. Mendorong peserta/siswa untuk berpikir,
2. Meningkatkan keterlibatan peserta/siswa,
3. Merangsang peserta/siswa untuk mengajukan pertanyaan,
4. Mendiagnosis kelemahan peserta/siswa,
5. Memusatkan perhatian peserta/siswa pada satu masalah, dan
6. Membantu peserta/siswa mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik.
B. Komponen- Komponen ketrampilan bertanya
1. Pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat,
2. Pemberian acuan,
3. Pemusatan,
4. Pemindahan giliran,
5. Penyebaran,
6. Pemberian waktu berpikir, dan
7. Pemberian tuntunan.
C. Jenis Ketrampilan bertanya
Keterampilan bertanya yang perlu dikuasai oleh pelatih/guru//tutor meliputi keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan.
(1) Keterampilan bertanya dasar mencakup;
• Pertanyaan yang jelas dan singkat,
• Pemberian acuan, yaitu sebelum mengajukan pertanyaan pelatih/guru/tutor perlu memberikan acuan berupa penjelasan singkat yang berisi informasi yang sesuai dengan jawaban yang diharapkan,
• Memusatkan perhatian; pertanyaan juga dapat digunakan untuk memusatkan perhatian peserta
• Memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan; pelatih/guru/tutor hendaknya berusaha agar semua pebelajar mendapat giliran dalam menjawab pertanyaan, dan yang lebih penting adalah memberikan kesempatan berpikir kepada pebelajar sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan.
(2) Keterampilan bertanya lanjutan meliputi;
• Pengubahan tuntunan tingkat kognitif yaitu pelatih/guru/tutor hendaknya mampu mengubah pertanyaan dari hanya sekadar mengingat fakta menuju pertanyaan aspek kognitif lain seperti penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi,
• Pengaturan urutan pertanyaan yaitu pertanyaan yang diajukan hendaknya mulai dari yang sederhana menuju yang paling kompleks secara berurutan,
• Peningkatan terjadinya interaksi yaitu pelatih/guru/tutor hendaknya menjadi dinding pemantul. Jika ada peserta didik yang bertanya, pelatih/guru/tutor tidak menjawab secara langsung, tetapi melontarkan kembali ke seluruh peserta didik untuk didiskusikan.
D. Prinsip Ketrampilan Bertanya
Dalam menerapkan keterampilan bertanya dasar dan lanjut, pelatih/guru/tutor perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1. Kehangatan dan keantusiasan.
2. Menghindari kebiasaan mengulang pertanyaan sendiri, menjawab pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan yang mengundang jawaban serempak, mengulangi jawaban peserta/siswa, mengajukan pertanyaan ganda, dan menunjuk peserta/siswa sebelum mengajukan pertanyaan
3. Waktu berpikir yang diberikan untuk pertanyaan tingkat lanjut lebih banyak dari yang diberikan untuk pertanyaan tingkat dasar.
4. Susun pertanyaan pokok dan nilai pertanyaan tersebut sesudah selesai mengajar.
II. . KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
Penguatan adalah respon yang diberikan oleh pelatih/guru/tutor terhadap perilaku peserta/siswa yang baik, yang menyebabkan peserta/siswa tersebut terdorong untuk mengulangi atau meningkatkan perilaku yang baik tersebut
Penguatan adalah suatu respons terhadap suatu tingkah laku peserta/siswa yang dapat
menimbulkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
A. Tujuan Memberi Penguatan
Memberi penguatan terhadap tingkah laku positif peserta didik selama proses pembelajaran
bertujuan:
a. Meningkatkan perhatian peserta didik.
b. Memudahkan peserta didik selama proses pelatih/guru/tutoran.
c. Membangkitkan dan memelihara motivasi.
d. Mengendalikan dan mengubah tingkah laku belajar yang negatif kearah tingkah laku belajar
yang produktif.
e. Mengatur dan mengembangkan diri sendiri dalam mengajar.
f. Mengarahkan cara berpikir tingkat tinggi.
B. Komponen-Komponen Penguatan
Komponen-komponen dalam keterampilan memberi penguatan adalah:
a. Penguatan verbal, seperti: bagus, benar, tepat; pekerjaan anda baik sekali, saya gembira
dengan hasil pekerjaan anda dan sebagainya.
b. Penguatan dengan mimik dan gerakan badan, seperti: senyuman, anggukan, acungan
jempol, tepuk tangan. Hal ini dapat diikuti dengan penguatan verbal.
c. Penguatan dengan cara mendekati, seperti: berdiri di samping peserta didik, berjalan
menuju kearah peserta didik, duduk dekat peserta didik/kelompok dan sebaginya. Hal ini
dapat dibarengi dengan penguatan verbal.
d. Penguatan dengan sentuhan.
Pelatih/guru/tutor dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap peserta didik
atas usaha dan penampilannya dengan cara menepuk pundak, menjabat tangan atau
mengangkat tangan peserta didik yang berprestasi di kelas. Penggunaan penguatan ini harus
bijaksanan artinya dipertimbangakan umur, jenis kelamin dan latar kebudayaan setempat
(umpamnnya mengelus-elus rambut ).
e. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan
Kegiatan atau tugas yang menyenangkan dapat dipakai sebagai penguatan.Misal: peserta
didik yang dapat menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu dan baik dapat diberi tugas untuk
membantu temannya yang kesulitan dan sebagainya.
f. Penguatan berupa simbol atau benda seperti: komentar tertulis pada buku peserta didik,
kartu bergambar, bintang, lencana dan lainnya asal tidak terlalu mahal penguatan tak penuh
sepert “yah, jawabanmu sudah baik tetapi masih perlu disempurnakan”
C. Prinsip-Prinsip penguatan
Dalam memberikan penguatan harus diperhatikan prinsip-prinsip berikut.
1. Kehangatan dan keantusiasan :
Dalam memberikan penguatan hendaknya menunjukkan kehangatan dan keantusiasan secara efektif baik suara, mimik maupun gerakan badan
2. Kebermaknaan :
Bila pelatih/guru/tutor mengatakan kepada seorang peserta didik, "karangan anda sangat baik", padahal karangan tersebut bukan hasil karyanya, maka penguatan yang diberikan tidak bermakna bagi peserta didik.Sebaiknya kepada peserta didik itu pelatih/guru/tutor mengatakan, " karangan akan lebih baik jika anda berusaha sendiri". Dengan cara ini penguatan yang diberikan wajar dan bermakna bagi peserta didik yang bersangkuatan.
3. Hindari respon negatif
Respon negatif seperti komentar yang bernada menghina, ejekan kata-kata kasar, sindirian dan sebagainya, perlu dihindari karena akan mematahkan semangat peserta didik dalam mengembangkan dirinya.
4. Penguatan harus bervariasi : Baik Verbal maupun non verbal
5. Sasaran penguatan harus jelas : harus sesuai dengan tujuan/jawaban yang diharapkan
6. Penguatan harus diberikan segera setelah perilaku yang diharapkan muncul.
Penggunaan penguatan dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan iklim kelas yang kondusif sehingga peserta/siswa dapat belajar secara optimal. Penguatan dengan maksud seperti itu terdiri dari penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif berupa pemberian motivasi untuk merspons perilaku peserta/siswa yang sesuai dengan harapan pelatih/guru/tutor sehingga ia tetap merasa senang mengikuti pelajaran di kelas. Penguatan negatif berupa penghentian keadaan yang kurang menyenangkan sehingga peserta/siswa merasa terbebas dari keadaan seperti itu.
Agar memberi pengaruh yang efektif, semua bentuk penguatan harus diberikan dengan memperhatikan siapa sasarannya dan bagaimana teknik pelaksanaannya. Di samping itu juga perlu diingat bahwa penguatan harus diberikan dengan hangat dan penuh semangat, harus bermakna bagi peserta/siswa, dan jangan menggunakan kata-kata yang tidak pada tempatnya.
Pada hakekatnya hampir semua orang ingin dihargai.Hal ini menunjukkan bahwa memperoleh penghargaan merupakan salah satu tuntutan setiap orang dalam hidupnya sehari-hari. Karena itu jika seseorang membutuhkan penghargaan yang lebih akan mendorong dirinya untuk memperbaiki tingkah laku dan meningkatkan cara kerjanya.
Dalam proses pembelajaran penghargaan juga mempunyai arti yang penting. Karena dengan penghargaan memberikan penguatan atas tingkah laku positif peserta didik. Dan akan mendorong dirinya untuk mengambil inisiatif serta bersemangat dalam belajar. Untuk itu menerapkan keterampilan memberikan penguatan secara sistematis berdasarkan cara dan prinsip yang tepat akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran
III. KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksud sebagai proses perubahan dalam pengajaran yang dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu; variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan alat dan media pembelajaran dan variasi dalam pola interaksi dalam kelas.
Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi di dalam kegiatan pembelaran dapat menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat dan keingintahuan peserta/siswa, melayani gaya belajar peserta/siswa yang beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan peserta/siswa.
A. Tujuan Mengadakan Variasi
1. Menimbulkan dan meningkatkan perhatian peserta didik terhadap aspek-aspek
pembelajaran yang relevan
2. Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi dan rasa ingin tahu melalui kegiatan
penelitian (inverstigasi) dan penjelajahan ( eskplorasi)
3. Membentuk sikap positif terhadap pelatih/guru/tutor dan sekolah
4. Kemungkinan peserta didik mendapat layanan secara individual sehingga memberikan
kemudahan belajar.
Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai pelatih/guru/tutor dalam pelatih/guru/tutoran untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi.
Hakikat dan Manfaat Variasi dalam kegiatan pembelajaran.Variasi mengandung makna perbedaan. Dalam kegiatan pembelajaran, pengertian variasi merujuk pada tindakan dan perbuatan pelatih/guru/tutor, yang disengaja ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk memacu dan mengikat perhatian peserta/siswa selama pelajaran berlangsung.
Proses pembelajaran yang berlangsung dengan kegiatan belajar yang sama, cenderung menurunkan minat dan motivasi peserta didik dalam belajar. Oleh karena itu, perIu diciptakan kondisi yang beragam selama proses pembelajaran melalui serangkaian kegiatan.
B. KomponennKomponen Variasi:
a. Variasi dalam Gaya Mengajar:
1) Penggunaan variasi suara
2) Pemusatan perhatian
3) Kesenyapan
4) Mengadakan kontak pandang
5) Gerakan badan dan mimik
6) Pergantian posisi pelatih/guru/tutor dalam kelas
b. Penggunaan Media dan Bahan Pelajaran
1) Variasi alat/ bahan yang dapat dilihat
2) Variasi alat yang dapat didengar
3) Variasi alat yang dapat diraba dan dimanipulasi
c. Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Peserta/siswa : misalnya dalam mengelompokkan
peserta didik, tempat kegiatan pembelajaran, dan dalam pengorganisasian pesan ( deduktif
dan induktif).
C. Prinsip Penggunaan
1. Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu, relevan dengan tujuan, sesuai
dengan tingkat kemampuan peserta didik dan hakikat pendidikan
2. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak merusak
perhatian pesertai didik dan mengganggu proses pembelajaran
3. Sejalan dengan prinsip a dan b, komponen variasi tertentu memerlukan susunan dan
perencanaan yang baik. Artinya secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran
(berstruktur). Dan apabila diperlukan komponen tersebut dapat digunakan secara luwes dan
spontan sesuai dengan pengembangan proses pembelajaran dan balikan dari peserta
didik selama proses pembelajaran berlangsung.
IV. KETERAMPILAN MENJELASKAN
Menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, antara sebab akibat, yang diketahui dan yang belum diketahui.
A. Tujuan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan sangat penting bagi pelatih/guru/tutor karena sebagian besar percakapan pelatih/guru/tutor yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman peserta/siswa adalah berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan pelatih/guru/tutor akan memungkinkan peserta/siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatnya keterlibatan peserta/siswa dalam kegiatan pelatih/guru/tutoran.
B. Komponen-Komponen Penjelasan
Penggunaan penjelasan dalam pembelajaran memiliki beberapa komponen yang harus diperhatikan, yaitu:
Komponen keterampilan menjelaskan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
1. Merencanakan materi penjelasan yang mencakup:
1. menganalisis masalah,
2. menentukan hubungan, serta
3. menggunakan hukum, rumus, dan generalisasi yang sesuai.
2. Menyajikan penjelasan, yang mencakup:
1. Kejelasan, yaitu keterampilan yang erat kaitannya dengan penggunaan bahasa
lisan, penggunaan contoh dan ilustrasi, yang bisa dilakukan dengan pola induktif
(memberikan contoh terlebih dahulu kemudian menarik kesimpulan umum )atau
deduktif, hukum atau rumus dikemukakan lebih dahulu lalu diberi contoh untuk
memperjelas rumus dan hukum yang telah dikemukakan.
2. Pemberian tekanan yang dapat dilakukan dengan berbagai variasi gaya mengajar,
dan membuat struktur sajian, dan
3. Balikan, yang bertujuan untuk mendapat informasi tentang tingkat pemahaman
peserta/siswa, baik melalui pertanyaan maupun melalui tugas.
Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, dan akhir pelajaran, dengan selalu memperhatikan karakteristik peserta/siswa yang diberi penjelasan serta materi/ masalah yang dijelaskan.
Pengertian menjelaskan dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran mengacu kepada perbuatan mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana dan sistematis sehingga dalam penyajiannya peserta/siswa dengan mudah dapat memahaminya.
Pentingnya penguasaan keterampilan menjelaskan bagi pelatih/guru/tutor adalah dengan penguasaan ini memungkinkan pelatih/guru/tutor dapat meningkatkan efektivitas penggunaan waktu dan penyajian penjelasannya, mengestimasi tingkat pemahaman peserta/siswa, membantu peserta/siswa memperluas cakrawala pengetahuannya, serta mengatasi kelangkaan buku sebagai sarana dan sumber belajar.
Kegiatan menjelaskan dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk membantu peserta/siswa memahami berbagai konsep, hukum, prosedur, dan sebagainya secara objektif, membimbing peserta/siswa memahami pertanyaan, meningkatkan keterlibatan peserta/siswa, memberi peserta/siswa kesempatan untuk menghayati proses penalaran serta memperoleh balikan tentang pemahaman peserta/siswa
C. Prinsip-Prinsip Menjelaskan
Penyajian penjelasan harus didasari prinsip-prinsip :
(a) Adanya relevansi antara penjelasan dengan tujuan pembelajaran,
(b) Sesuai dengan keperluan,
(c) Mengingat latar belakang dan kemampuan peserta/siswa,
(d) Diberikan secara spontan atau sesuai dengan rencana yang telah disiapkan, dan
(e) Isi penjelasan bermakna bagi peserta/siswa
V. KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Yang dimaksud dengan keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh pelatih/guru/tutor untuk menciptakan situasi siap mental dan menimbulkan peserta/siswa agar terpusat perhatian pada apa yang dipelajari.
Yang dimaksud dengan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh pelatih/guru/tutor untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari peserta/siswa.
a. Komponen Membuka
1) Menarik perhatian peserta/siswa
2) Menimbulkan motivasi
3) Memberikan acuan
4) Membuat kaitan
b. Komponen Menutup
1) Meninjau kembali
2) Mengevaluasi
VI. KETERAMPILAN MEMIMPIN DISKUSI KELOMPOK KECIL
Dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat, setiap orang dihadapkan kepada masalah-masalah yang menuntut adanya pengambilan keputusan. Untuk itu dibutuhkan forum diskusi (musyawarah) guna melatih keterampilan pengambilan keputusan atau kata sepakat.
Dalam proses pembelajaran tujuan yang hendak dicapai tidak terbatas pada pengetahuan saja, melainkan juga pembentukan keterampiIan dan sikap.Karena itu menuntut adanya model pembelajaran yang dapat melibatkan potensi peserta didik secara optimal, yaitu suatu model pembelajaran yang menekankan penggunaan metode diskusi kelompak . Kegiatan ini memungkinkan peserta didik untuk menguasai konsep-konsep materi untuk memecahkan suatu masalah melalui proses berpikir kritis, percaya diri, berani berpendapat secara kritis dan positif serta mampu berinteraksi dengan temannya.
A. Pengertian
Diskusi kelompok kecil, yaitu percakapan dalam kelompok yang memenuhi syarat:
a. Melibatkan kelompak yang banyak anggotannya berkisar antara tiga sampai sembilan orang
b. Berlangsung dalam interaksi secara bebas dan langsung
c. Mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerja sama antar anggota kelompok
d. Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menuju suatu kesimpulan.
Jadi keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah melaksanakan kegiatan membimbing peserta /siswa agar dapat melaksanakan diskusi kelompok kecil secara efektif dalam rangka mencapai indikator .
B. Tujuan
a. Memberikan pengalaman kepada peserta didik daiam menjelajahi gagasan baru atau masalah
yang menuntut pemecahan.
b. Mengernbangkan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi.
c. Melibatkan peserta didik dalam perencanaan dan meningkatkan pengambilan keputusan.
C. Prinsip Penggunaan
a. Diskusi Hendaknya Berlangsung Dalam Iklim Terbuka.
Hal ini ditandai oleh adanya kehangatan hubungan antar pribadi, kesediaan menerima dan
mengenal topik lebih jauh, keantusiasan berpartisipasi dan kesediaan menghargai pendapat
orang lain serta terbinanya perasaan aman dan bebas berpendapat.
b.Kegiatan diskusi dapat berlangsung secara efektif jika didahului oleh perencanaan dan
persiapan yang matang
1).Pemilihan topik sesuai dengan indikator khusus yang akan dicakup, minat dan kemampuan
peserta didik serta bermakn.a bagi peningkatan kemampuan berpikirnya.
2).Perumusan, masalah hendaknya mengandung jawaban yang komplek atau jawaban
bermacam-macam yang berbeda hanya tingkat kebenaran, sudut pandang dan arah
peninjauannya.
3).Penyiapan informasi pendahuluan yang berhubungan dengan topik agar peserta didik
memiliki latar belakang pengetahuan yang sama yang dapat diIakukan dengan membaca
artikel, melakukan observasi dan lain-lain.
4).Penyiapan diri sebaik-baiknya sebagai pemimpin diskusi. Dalam hal ini pelatih/guru/tutor
hendaknya selalu siap sebagai sumber informasi, motivator. Sehingga dapat memberikan
penjelasan yang diperlukan dan menyusun pertanyaan yang memotivasi peserta didik dan
memahami kesulitannya.
5) Penetapan besar kelompok peserta didik.
Besar kecilnya kelompok mempunyai kekuatan dan kelemahan yang berbeda. Karena itu
hendaknya dipertimbangkan pengalaman, kematangan dan keterampilan peserta didik,
tingkat kekompakan, intensitas minat, latar belakang pengetahuan dan keterampilan
pelatih/guru/tutor memimpin diskusi.
6) Pengaturan tempat duduk, agar diupayakan anggota kelompok dapat bertatap muka dan
pemimpin diskusi berada dalam posisi yang memungkinkan dapat berhadapan dengan
anggota.Sehingga terpupuk suasana kehangatan, persahabatan, keko hesivan antar peserta.
c. Pemanfaatan Secara Maksimal Kekuatanlkeuntungan Diskusi
1) Hasil keputusan kelompok lebih kaya
2) Anggota kelompok sering dimotivasi oleh kehadiran kelompok lain
3) Anggota kelompok yang pemalu lebih bebas mengemukakan pendapat dalam kelompok
kecil
4) Anggota kelompok lebih merasa terikat dalam melaksanakan, keputusan kelompok karena
terlibat dalam proses pengambilan keputusan
5) Diskusi kelompok dapat meningkatakan pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain
(kemampuan berinteraksi)
d. Menghindari atau mengurangi kelemahan-kelemahan diskusi kelompok, antara lain:
1) Diskusi kelompok memerlukan waktu yang lebih banyak daripada cara belajar biasa
2) Dapat memboroskan waktu, terutama bila terjadi hal-hal negatif seperti pengarahan kurang
tepat, pembicaraan berlarut-larut, penyimpangan yang tidak ditegur, penampilan yang
kurang baik.
3) Anggota yang pendiam atau pernalu sering tidak mendapat kesempatan mengemukakan
pendapatnya.Akibatnya ia dapat menarik diri atau terjadi frustasi
4) Jika pemimpin kurang bijaksana diskusi dapat didominasi oieh orang-orang tertentu °
D. Komponen Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
a. Memusatkan perhatian yang dilakukan dengan jalan :
1) Merumuskan tujuan pada awal diskusi dan mengenalkan topik atau masalah yang
dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan yang mengugah rasa ingin tahu
2) Menyatakan masalah-masalah khusus dan menyatakan kembali bila terjadi penyimpangan
3) Mencatat perubahan-perubahan yang tidak relevan yang mengakibatkan penyimpangan
dari tujuan atau masalah pokok yang dipecahkan
4) Merangkum hasil pembicaraan pada tahap-tahap tertentu sebelum melanjutkan masalah
berikutnya
b. Memperjelas masalah atau urutan pendapat sehingga peserta diskusi mendapat gambararn
yang sama tentang apa yang dikernukakan dan membantu mengembangkan kemampuan
berpikir peserta/siswa didik.Adapun caranya:
1) Menguraikan kembali gagasan peserta didik yang kurang jelas itu hingga menjadi jelas
(dimengerti oleh anggota kelompok).
2) Meminta komentar peserta diskusi yang lain dengan mengajukan pertanyaan yang
membantu memperjelas/ mengembangkan ide
3) Menguraikan gagasan peserta didik dengan memberikan informasi tambahan atau contoh-
contoh sehingga mudah dimengerti
c. Menganalisis pandangan peserta didik.
Perbedaan pendapat diantara anggota kelompok dalam diskusi sering terjadi. Hal ini dapat
dimanfaatkan untuk membimbing peserta didik berpartisipasi secara konstruktif dan kreatif
dengan cara, pelatih/guru/tutor (pemimpin diskusi) mampu menganalisis alasan perbedaan
pendapat misalnya:
1) Meneliti apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat
2) Memperjelas hai-hal yang telah disepakati dan tidak di sepakati.
d. Menganalisis pendapat peserta didik, dengan jalan:
1) Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang peserta didik untuk berpikir.
2) Memberikan contoh baik verbal maupun non verbal
3) Menghangatkan suasana dengan pertanyaan yang mengundang perbedaan pendapat
4) Memberi waktu yang cukup untuk berpikir tanpa diganggu oleh komentar pelatih/guru/tutor
5) Memberikan dukungan terhadap urun peserta didik dengan jalan mendengarkan dengan
penuh perhatian, memberikan komentar yang positif, sikap yang bersahabat, mimik yang
memberikan penguatan
e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, yang dilakukan dengan jalan:
1) Mencoba memancing peserta didik yang malu-malu mengeluarkan pendapat
2) Mencegah terjadinya pembicaraan yang serentak dengan memberi giliran pada peserta didik
yang pendiam lebih dulu
3) Mencegah secara bijaksana peserta didik yang memonopoli pembicaraan
4) Mendorong peserta didik mengomentari urunan pikiran temannya sehingga interaksi antar
peserta didik dapat ditingkatkan
5) Jika terjadi jalan buntu karena perbedaan pendapat dapat dicari jalan pemecahan masalah
secara alternatif
f. Menutup diskusi dengan cara
1) Membuat rangkuman hasil diskusi dengan bantuan peserta didik
2) Memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi atau tentang topik diskusi yang akan
datang
3) Mengajak peserta didik menilai proses maupun hasil diskusi yang telah dicapai dengan cara
observasi, wawancara, skala sikap dan sebagiannya. Dengan ini peserta didik menyadari
peran dan penampilannya dalam diskusi dan merupakan balikan untuk perbaikan yang akan
datang.
Agar pelatih/guru/tutor menguasai ke enam keterampilan diatas dengan baik hendaknya menghindari hal-hal sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan diskusi dengan topik yang tidak sesuai dengan minat peserta didik dan
latar belakang pengetahunnya
2) Mendominasi pembicraraan dengan pertanyaan yang terlampau banyak dan jawaban yang
banyak pula
3) Membiarkan peserta didik tertentu monopoli pembicaraan
4) Membiarkan terjadinya penyimpangan atau pembicaraan yang tidak relevan
5) Tergesa-gesa meminta respon peserta didik atau terus mengisi waktu dengan berbicara,
peserta didik tidak sempat berpikir
6) Membiarkan peserta didik enggan berpartisipasi
7) Tidak memperjelas atau mendukung urutan pendapat peserta didik
8) Gagal mengakhiri diskusi secara efektif.
VII. PENGELOLAAN KELAS
A. Pengertian
Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pelatih/guru/tutoran dapat berlangsung secara optimal.
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan pelatih/guru/tutor untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.
B. Prinsip pengelolaan kelas
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah; kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi, luwes, penekanan pada hal-hal positif, dan penanaman disiplin diri.
C. Komponen Mengelola kelas
Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen sebagai berikut:
1). Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal:
• menunjukkan sikap tanggap dengan cara; memandang secara seksama, mendekati, memberikan pernyataan dan memberi reaksi terhadap gangguan di kelas,
• memberi petunjuk yang jelas,
• memberi teguran secara bijaksana,
• memberi penguatan ketika diperlukan.
2). Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal :
• modifikasi perilaku yaitu mengajarkan perilaku yang baru dengan contoh dan pembiasaan, meningkatkan perilaku yang baik dengan penguatan, dan mengurangi perilaku buruk dengan hukuman(mendididk)
• pengelolaan kelompok dengan cara; peningkatan kerja sama dan keterlibatan, menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul,
• menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah, misalnya mengawasi secara ketat, mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya, menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi, dan menghilangkan ketegangan dengan humor.
Keberhasilan pelatih/guru/tutor dalam mengajar tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor yang langsung berhubungan dengan proses pelatih/guru/tutoran saja, tetapi juga ada faktor lain yaitu kemampuan dalam mencegah timbulnya tingkah laku peserta didik yang mengganggu jalannya proses pelatih/guru/tutoran serta kondisi fisik yang tersedia dan pengolahannya. Misal: peserta didik ngantuk, enggan mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, suka mengganggu teman, mengajukan pertanyaan aneh, kelas kotor, kursi banyak kutu busuk dan sebaginnya.
D. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
Khusus pengelolan kelas yang menyangkut orang (peserta didik) dapat bersifat individual atau keIompok, maka untuk menanganinya diperlukan kehati-hatian. Biasanya teknik yang digunakan antara lain: nasihat, teguran, larangan, ancaman, teladan, hukuman dan sebagainya.
Menurut James Cooper dkk. mengemukakan tiga pendekatan dalam pengelolaan kelas yang didalamnya terdapat teknik-teknik yaitu:
1. Pendekatan Alodifikasi Perilaku.
Pendekatan ini bertolak dari psikalogi behavioral dengan anggapan dasar bahwa tingkah manusia yang baik maupun yang buruk dalam batas-batas tertentu merupakan hasil belajar. Pendekatan ini memanfaatkan hasil penelitian tentang bagai mana tingkah laku manusia terbentuk melalui hubungan manusia dengan lingkungan guna merumuskan teknik-teknik yang dapat dihandalkan dalam membina manusia, yaitu:
a) Penguatan Negatif yaitu: pengurangan hingga penghilangan suatu stimulus yang tidak
menyenangkan untuk mendorong terulang kembali suatu tingkah laku yang timbul sebagai akibat dari pengurangan dan penghilangan tersebut.
Contoh: misalnya pelatih/guru/tutor ingin agar peserta didik berani mengeluarkan pendapat, pelatih/guru/tutor selalu menunjuk langsung peserta didik yang tidak berani mengeluarkan pendapat agar mengeluarkan pendapat (stimulus yang tidak menyenangkan).
Bila suatu saat peserta didik berani mengeluarkan pendapat tanpa menunggu ditunjuk pelatih/guru/tutor maka pelatih/guru/tutor mulai mengurangi secara berangsur-angsur cara menunjuk langsung (penguatan negetif). Pengurangan itu semakin meningkat sejalan dengan semakin seringnya,peserta didik mengeluarkan pendapat tanpa ditunjuk pelatih/guru/tutor hingga akhirnya ditiadakan bila peserta didik telah terbiasa mengeluarkan pendapat.
Hal-hal yang perlu dihindarkan dalam penggunaan penguatan negatif:
a) Hindarkan pemberian stimulus yang menyakitkan
b) Sasaranya jelas
c) Pemberian penguatan dengan segera
d) Penyajian stimulus yang bervariasi
e) Keantusiasan.
b) Penghapusan yaitu: usaha mengubah tingkah laku peserta didik dengan cara menghentikan pemberian respons terhadap suatu tingkah laku peserta didik yang semula dikuatkan dengan respons tersebut.Sebagai contoh, seorang peserta didik yang selalu mengomentari penjelasan pelatih/guru/tutor saat pelatih/guru/tutor sedang menerangkan, misalnya, mungkin karena setiap kali peserta didik mengomentari penjelasan pelatih/guru/tutor, pelatih/guru/tutor selalu memberikan respons yang memberikan kesan pada peserta didik bahwa pelatih/guru/tutor tidak berkeberatan dengan komentar komentar seperti itu (padahal pelatih/guru/tutor sebenarnya tidak mengharapkan komentar seperti itu). Untuk mengurangi atau menghilangkan kebiasaan seperti tersebut, salah satu teknik yang dapat digunakan adalah penghapusan, yaitu dengan menghentikan pemberian respons yang memberikan kesan pada peserta didik bahwa pelatih/guru/tutor tidak berkebertaan terhadap kebiasan peserta didik tersebut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan penghapusan, yaitu:
a) Untuk mengurangi kekecewaan peserta didik sebagai akibat ditiadakannya pengukuh
yang diharapkan, sebaiknya teknik ini dikombinasikan dengan teknik lain, khususnya
teknik penguatan positif, bila ternyata ada hal-hal yang dilakukan oleh peserta didik.
b) Bila pelatih/guru/tutor sulit menemukan penguatan yang membentuk tingkah laku peserta didik, lalu setelah mencoba-coba beberapa pengukuh ternyata gagal, sebaiknya digunakan teknik lain agar peserta didik tidak terlalu larut dalam tingkah laku yang hendak dihapus lersebut.
c) Dibutuhkan waktu yang relatif lama dalam menghilangkan tingkah laku peserta didik
yang menyimpang bila mengguna kan teknik penghapusan. Sementara penghapusan
berlangsung dan peserta didik melakukan tindakan yang sangat mengganggu kelancaran
proses pelatih/guru/tutoran, misal menyebab kan peserta didik sekelas tertawa berkepanjangan, sebaiknya teknik ini tidak dilanjutkan pemakaiannya dan diganti dengan teknik lain.
d) Bila suatu penguatan telah ditetapkan untuk tidak diberikan kepada peserta didik, maka sedapat mungkin penguatan tersebut tidak diberikan.Untuk itu perlu ada koordinasi antar staf pengajar agar tidak terjadi ada pelatih/guru/tutor tidak memberikan penguatan, dipihak lain ada pelatih/guru/tutor yang tetap memberikan.Bila hal demikian terjadi akan semakin sulit menghapus tingkah laku peserta didik yang menyimpang tersebut.
c) Hukuman.
Penyajian stimulus yang tidak menyenangkan,untuk menghilangkan dengan segera tingkah laku peserta didik yang tidak dikehendaki.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hukuman:
a) Sedapat mungkin aturan hukuman diciptakan bersama antara pelatih/guru/tutor dengan
peserta didik atau minimal disepakati oleh peserta didik.Dengan demikian ia lebih ikhlas
bila dihukum.
b) Hukuman hendaknya diberikan segera setelah pelanggaran terjadi sehingga peserta didik
memilikik kesan yang kuat tentang kaitan antara pelanggaran dan hukuman.
c) Sedapat mungkin hukuman dikombinasikan dengan teknik lain terutama teknik penguatan
positif, bila ada haI-hal positif pada diri peserta didik.
d) Setelah menghukum peserta didik, pelatih/guru/tutor hendaknya bersikap wajar seperti
semula agar hubungan yang mungkin terganggu sebagai akibat pemberian hukuman dapat
pulih kembali.
e) Bentuk-bentuk hukukman yang digunakan bervariasi agar peserta didik tidak menjadi jenuh
atau kebal dengan sesuatu bentuk hukuman.
2. Pendekatan /iklim Sosial Emosional
Pendekatan ini bertolak dari psikologi klinis dan konseling, dengan anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien mempersyaratkan hubungan sosial emosional yang baik antara pelatih/guru/tutor dengan peserta/siswa dan antar peserta/siswa. Selanjutnya pelatih/guru/tutor dipandang memegang peranan penting
dalam menciptakan hubungan baik tersebut. Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan pada kita bahwa bila hubungan kita dengan partner kerja baik, berbagai kegiatan kejasama dapat berlangsung dengan lancar. Dan bila terjadi kesalahpahaman mudah dicari jalan keluarnya. Demikian halnya dengan proses pembelajaran, bila hubungan antara pelatih/guru/tutor dengan peserta baik, maka proses pembelajaranan dapat berlangsung dengan lancar, kesalahpahaman yang timbul dapat diatasi dengan mudah.
1) Sikap umum, yaitu terbuka, menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia,
empati, membicarakan situasi pelanggaran dan bukan pelakunya, demokratis
(melibatkan peserta didik dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
kepentingannya)
2) Sikap khusus.Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel mengelompokkan tingkah laku peserta
didik yang
biasanya mengganggu proses pelatih/guru/tutoran menjadi empat macam yaitu:
a) Peserta didik yang memiliki tingkah laku menarik perhatian akan selalu berusaha
memakai berbagai cara unfuk menarik perhatian pelatih/guru/tutor. la mungkin
tertawa lebih keras dibanding dengan teman-temannya, sering menggoda teman
disebeiahnya, pura-pura sakit, pura-pura tidak mengerti sehingga bertanya terus clan
sebagainnya. Hal yang demikian sebaiknya dibiarkan saja, masa bodoh.
b) Peserta didik yang memiliki tingkah laku menguasai akan selalu berusaha
mengalahkan orang lain.Bila tidak dapat secara wajar, ia akan marah dan melakukan
tindakan agresif, atau sebaliknya menarik diri sama sekali clan tidak mau
melaksanakan kewajibannya.Hal ini atasi dengan memberikan tugas untuk
memimpin yang membutuhkan kebera man atau kekuatan fisik.
c) Peserta didik yang memiliki tingkah laku membalas dendam akan selalu melakukan
tindakan yang menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis. Hal ini serahkan
pada psikolog dan pelatih/guru/tutor hanya membantu pelaksanaanya di kelas.
d) Peserta didik yang memiliki tingkah laku merasa tidak mampu akan selalu
mengatakan bahwa ia tidak mampu mengerjakan tugas.Karena bisannya ia yakin
akan gagal atau merasa gagal sebelum mulai. Hal ini jangan disalahkan langsung
melainkan berikan dorongan dan bimbingan.
3. Pendekatan Proses kelompok.
Pendekatan ini bertolak dari psikologi dan dinamika kelompok, dengan anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien berlangsung dalam konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Oleh karena itu, peranan pelatih/guru/tutor dalam rangka pengelolaan kelas adalah menciptakan kelompok kelas yang mempunyai ikatan yang kuat serta dapat bekerja secara efektif dan efisien. Pada awal pelajaran, para peserta didik biasanya masih merupakan kerumunan orang dengan tujuan, pikiran, perasaan yang sangat berbeda. Tugas pelatih/guru/tutor adalah memadu kepentingan-kepentingan perseorangan tersebut menjadi kepentingan kelompok, kemudian membentuk kerumunan tersebut rnenjadi satu kelompok dengan ikatan yang kuat dan mampu bekerja sama secara produktif. Guna mengikat kerumunan peserta didik menjadi satu kelompok yang mempunyai ikatan yang kuat, ada sejumlah unsur yang diperlukan.Unsur-unsur penting yang amat diperlukan adalah tujuan, aturan, dan pemimpin.
1) Tujuan Kelompok.
Karena para peserta didik biasanya hadir di kelas dengan tujuan yang berbeda, maka tugas pelatih/guru/tutor yang pertama adalah mengarahkan para peserta didik ke tujuan kelas, khususnya indikator .Tujuan yang dapat mendorong usaha untuk mencapainnya antara lain adalah tujuan yang jelas dan realistis. Oleh sebab itu, pelatih/guru/tutor perlu merumuskan tujuan yang realistis serta mengkomunikasikannya secara jelas kepada peserta didik.
2) Aturan.
Aturan yang mampu mengikat peserta didik menjadi kelompok yang padu adalah aturan yang dapat dibuat bersama antara pelatih/guru/tutor dan peserta /siswa atau minimal disetujui oleh peserta didik. Bila ada peserta didik yang tidak menyetujui aturan dalam kelompok akan mengurangi daya ikat aturan tersebut.
3) Pemimpin.
Seorang pelatih/guru/tutor dengan sendirinya akan menjadi pemimpin kelompok peserta didik di kelas ia mengajar. Sebagai pemimpin hal pertama yang harus dilaksanakan adalah menjelaskan tujuan kelompok dan membentuk aturan kelompok. Selain itu daiam menciptakan dan memelihara suasana kerja kelompok yang sehat ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu mendorong dan memeratakan partisipasi, mengusahakan kompromi, mengurangi ketegangan, memperjelas komunikasi, mengatasi pertentangan antar pribadi atau antar kelompok dan menunjukkan kehadiran serta menerapkan sangsi.
8. KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN
Terjadinya hubungan interpersonal yang sehat dan akrab dapat terjadi antara pelatih/guru/tutor- peserta/siswa, maupun antara peserta/siswa dan peserta/siswa, baik dalam kelompok kecil maupun perorangan.
Pembelajaran dalam kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran
yang memungkinkan pelatih/guru/tutor memberikan perhatian terhadap setiap peserta/siswa, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara pelatih/guru/tutor dengan peserta/siswa maupun antara pebelajar sendiri. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dapat dilakukan dengan:
• Mengembangkan keterampilan dalam pengorganisasian, dengan memberikan motivasi dan membuat variasi dalam pemberian tugas.
• Membimbing dan memudahkan belajar, yang mencakup penguatan, proses awal, supervisi, dan interaksi pelatih/guru/tutoran.
• Pemberain tugas yang jelas, menantang dan menarik.
Untuk melakukan pembelajaran perorangan perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berpikir pebelajar agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima dengan efektif.
Demikianlah sajian materi keterampilan mengajar ini di sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi saudara/saudara sebagai calon pelatih/guru/tutor untuk Pendidikan kurikulum kader AMGPM, sekaligus dapat mengimplementasikannya dalam pelatihan-pelatihan yang akan dilakukan, baik pada jenjang dasar. Menengah maupun lanjutan. Syaloom
Tim Penyusun Modul PB AMGPM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar